~Demi masa depan Bumi kita guys~
Menurut
Kementrian Lingkungan Hidup, jumlah sampah kantong plastik yang dihasilkan
Indonesia dalam satu tahun mencapai 10 juta lembar. Pada 2019, diperkirakan
jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia sebanyak 9,5 juta ton. Sedangkan
menurut data dari Jambeck (2015), sampah plastik dari Indonesia yang dibuang ke
laut mencapai 187,2 juta ton. Tertinggi kedua setelah China. Data dari dinas
kebersihan DKI Jakarta menyebutkan, setiap hari mereka mengangkut 7,000 ton
sampah. Dari data-data tersebut, apakah kita masih menganggap persoalan sampah
adalah persoalan receh atau remeh temeh? Sayangnya, masalah sampah ini menurut
kebanyakan orang adalah urusan pemerintah. Solusi
– solusi yang ditawarkan juga mayoritas tidak menyentuh kalangan
akar rumput. Sehingga kita-kita yang tidak memiliki kuasa ini hanya bisa
manggut-manggut sambil ngemil kwaci dan membuang sampahnya di sembarang tempat.
Selama
ini kita menganggap bahwa asalkan semua orang membuang sampah di tempatnya,
maka tanggung jawab kita dalam urusan sampah sudah selesai, sisa nya biarlah
pemerintah yang mengurusinya. Namun, pernahkah terpikirkan dalam otak kita,
sampah-sampah yang kita buang ke tempat sampah itu akan lari ke mana? Indonesia
belum memiliki sarana pengolahan sampah yang memadai. Kebanyakan sampah hanya
menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Contoh, di Bantar Gebang yang saat
ini telah menampung 18 juta meter kubik sampah. Proses pengolahan sampah di
Bantar Gebang memang tidak sekedar ditumpuk-tumpuk saja seperti para koruptor
menumpuk harta. Berbagai upaya sudah mulai dilakukan, seperti gasifikasi dan pengkomposan,
serta rencana pembuatan pembangkit listrik tenaga sampah. Tetapi mengingat
volume sampah yang sudah sedemikian besar nya, dan jumlah sampah yang terus
diproduksi tiap hari nya, kita seharusnya mulai berfikir untuk mengurangi
jumlah sampah yang kita produksi. Bukan lagi sekedar memastikan kita membuang
sampah pada tempatnya ~yang mana sampai sekarang pun kebanyakan warga Indonesia
masih belum berhasil melakukanya~. Membakar sampah memang dapat mengurangi
volume sampah, tetapi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pembakaran sampah
tidak bisa dianggap enteng. Proses pembakaran sampah pada umumnya akan
menghasilkan zat-zat berbahaya, mulai dari karbon monoksida (CO), clorin (Cl)
hingga benzopirena. Lalu, bagaimana
cara kita mengurangi produksi sampah?
Mengurangi sampah plastik.
Sudah
cukup banyak kampanye yang digalakkan pemerintah maupun LSM untuk berhenti
menggunakan kantong plastik, tetapi entah mengapa efektifitasnya kurang terasa.
Padahal effort yang perlu kita
keluarkan sebenarnya sangat sederhana. Cukup membawa kantong belanjaan sendiri
ketika belanja, atau meminta kardus jika belanjaan kita banyak. Jika lupa tidak
membawa kantong belanjaan sendiri, tidak membawa tas, di kendaraan tidak
terdapat kantong atau bagasi yang bias dimanfaatkan, dan tidak memungkinkan
dibawa dengan tangan kosong, maka simpan plastik belanjaan yang terpaksa
digunakan itu untuk digunakan kembali saat berbelanja. Jangan sekali pakai
langsung dibuang ke tong sampah. Berbeda dengan popok bayi atau pembalut yang
memang hanya bisa sekali pakai.
Untuk
yang hobi makan di kantor dan nitip office
boy untuk membelikanya, sadar gak kalau ada cukup banyak sampah yang
diproduksi saat kita memesan makanan secara take
away? Mulai dari kantong plastiknya, bungkus makanannya, karet gelangnya, plastik
minumannya, sedotannya, hingga sendok plastiknya. Jika memang memungkinkan
untuk makan secara dine in, usahakan
makan di tempat. Lebih baik lagi jika mulai membiasakan membawa bekal dari
rumah, sudah punya istri toh? Manfaatkanlah istri dengan sebaik-baiknya. Minta
tolong siapkan bekal setiap mau berangkat kerja. Eits, tapi hati-hati, jangan
sampai Tupperware
anda hilang atau ketinggalan di kantor. Urusanya bisa lebih panjang dari ngurus
tumpukan sampah. Klo belum punya istri bagaimana? Buat para jomblo,
tenang, masalah kalian akan teratasi dengan meminta dibuatkan bekal sama
mbak-mbak penjual nasi pecel pinggir jalan, tentu dengan membayar seharga nasi
pecel nya. Kalaupun sangat terpaksa membeli makanan dengan cara dibungkus,
biasakan membawa wadah sendiri, tidak harus Tupperware jika takut hilang, wadah
merk lain juga tidak masalah. Anda bisa meminta penjual makanan menggunakan
wadah itu, tak akan ada lagi sampah yang anda produksi dari sini. Ngerasa ribet?
Bandingkan lebih ribet mana dengan ngurus sampah yang numpuk di TPA? Atau
ngurus e-KTP yang
bertahun-tahun tidak jadi juga?
Jenis
sampah plastik yang paling sering ditemui selain kantong plastik dan sedotan
adalah botol air minum. Jika anda mempunyai rencana bepergian dan merasa
memerlukan air minum dalam kemasan, sebaiknya membawa bekal air minum dari
rumah. Bahkan anda bisa menghemat biaya air minum jika anda rutin mengisi penuh
botol air minum anda sebelum pulang ke rumah. Lebih hemat dan ramah lingkungan
bukan? Kalaupun anda lupa membawa bekal air minum dan kehausan dalam
perjalanan, jangan langsung memutuskan membeli air minum dalam botol plastik.
Usahakan terlebih dahulu mampir ke masjid yang menyediakan minum gratis. Jika
tidak ada, belilah air minum dalam kemasan kotak karena bahan baku utamanya
kertas, bukan pastik. Dan jika dengan sangat terpaksa membeli air mineral
botolan, usahakan mengumpulkannya dan memberikan kepada pemulung. Hal ini akan
lebih meminimalisir keberadaan sampah botol air mineral di TPA, sungai atau
bahkan laut. Ah, andai kebiasaan orang jaman dulu yang menyediakan gentong
berisi air minum di depan rumah untuk orang-orang yang kehausan dalam
perjalanan bisa kita lestarikan. Sebuah local
wisdom yang sangat disayangkan, tergerus oleh perkembangan zaman.
Mengurangi sampah organik.
Mengapa
sampah organik juga perlu dikurangi, bukankah dia bisa terurai dan menyatu
kembali dengan alam? Jawabanya adalah karena 60% volume sampah yang masuk ke
TPA itu sampah organik. Sampah organik juga merupakan sumber penyakit.
Organisme berbahaya berkembang biak dengan cepat karena adanya sampah organik. Cara
yang paling mudah dalam upaya mengurangi sampah organik adalah jangan makan
menyisakan makanan. Baik saat makan di warung atau di rumah, habiskanlah
seluruh makanan yang ada di piring. Jika memang porsi makan anda tidak banyak,
bilang ke istri anda atau penjual makanan untuk mengurangi takarannya. Atau
jika sudah terlanjur, minta sebagian porsinya untuk dibungkus atau dibagi dengan
anggota keluarga lain. Jika tidak menyukai suatu jenis makanan tertentu, jengkol
misalnya, bilang ke istri atau penjual makanan untuk tidak menambahkanya di
piring anda, agar si jengkol itu tidak terbuang sia-sia.
Cara
berikutnya, untuk sampah makanan yang tidak mungkin dihindari untuk diproduksi,
misal kulit buah, kulit kentang, potongan-potongan sayur, daun kering, dan
sebagainya, sediakan tempat kusus di halaman rumah, atau tanah kosong, atau di
pot tanaman, untuk menguburnya. Selain mengurangi volume sampah, kita juga
membantu hewan dan tanaman mendapatkan lebih banyak zat hara dari tanah. Jika
anda merasa sulit mengubur sampah-sampah organik ini, sediakan satu blender
khusus untuk mencacahnya. Maka anda cukup menaburkannya di tanah, tanpa perlu
menggali dan menguburnya. Saat memblendernya, pastikan anda dalam kondisi penuh
kesadaran, jika tidak, anda bisa mengira campuran jus buah dan sayur lalu meminumnya.
Lha wong tinta pilkada aja bisa dikira kopi kok.
Mengurangi sampah elektronik.
Suka
ganti-ganti gadget? Suka ngrusakin barang elektronik dan berprinsip “gak papa
rusak, biar ntar bisa beli yang baru”? atau lebih memilih lem biru (lempar beli
yang baru, duh, ini singkatan jadul banget, bikin pembaca bisa nebak usia saya)
daripada mencoba memperbaiki alat elektronik yang rusak? Selamat, anda telah
berkontribusi atas menumpuknya sampah elektronik yang membahayakan bumi. Sampah
elektronik tidak kalah bahayanya dengan sampah plastik. Selain sulit diuraikan
oleh alam, sampah elektronik juga mengandung logam berat seperti merkuri,
timbal, kromium, cadmium yang berbahaya ketika mencemari lingkungan. Oleh
karena itu, sampah elektronik dikategorikan kedalam limbah B3 (Bahan Beracun
dan Berbahaya). Pengolahan limbah B3 tidak boleh sembarangan, tidak boleh asal
ditimbun, dikubur atau dibakar. Sedangkan kita tau sendiri, sampah yang kita
taruh di tempat sampah itu apakah dipisah-pisahkan oleh petugas kebersihan? Atau
diambil dan ditumpuk begitu saja di TPA? Nah, mulai sekarang, rawatlah
barang-barang elektronik anda dengan baik, jangan mentang-mentang kaya raya dan
punya duit banyak, tiap ada launching gadget baru tak pernah ketinggalan untuk
membelinya. Boleh saja anda beralasan itu uang hasil kerja keras anda yang bagaikan
kuda, tetapi pikirkanlah masa depan anak cucu kita. Jika ada yang alat
elektronik yang rusak, pastikan alat elektronik tersebut benar-benar tidak bisa
diperbaiki lagi sebelum memutuskan mebeli yang baru. Tips terakhir, jika sudah
sangat ingin mengganti gadget baru padahal gadget lama masih baik-baik saja,
sebaiknya gadget lama itu dihibahkan ke teman yang tidak punya. Bukan dibuang
atau dijual murah. Karena teman yang tidak punya akan baik-baik merawatnya,
sedangkan bila dijual murah, bisa jadi hanya beberapa komponen penting yang
dimanfaatkan, sisa nya tetap terbuang.
Demikian
tips-tips agar volume sampah yang membebani dan mencemari Bumi kita bisa
berkurang. Semoga tidak akan lagi kita dengar dan baca berita ditemukan penyu
dan ikan laut yang mati dengan perut penuh berisi plastik. Lalu, apa hubunganya
dengan banyak anak? Karena begini, ketika kita sadar bahwa mengurangi sampah
itu penting, dan mulai menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari, maka anak-anak
kita akan meneladani sikap kita. Semakin banyak anak kita, semakin banyak orang
yang peduli akan sampah. Anak kita kelak akan menularkan kebiasaan mengurangi
produksi sampah ini kepada teman-temannya, kekasihnya, mertuanya, keluarga
besar istrinya, anak-anaknya, teman anak-anaknya, menantunya, keluarga besar
menantunya, bahkan bisa jadi hingga cucu-cucunya. Dengan semakin banyak nya
orang yang peduli akan sampah, maka akan semakin berkurang pula jumlah sampah yang
mencemari Bumi.