~The power
of emak-emak straight back again~
Sebel gak sih kalau lagi enak-enak nggeber motor atau mobil di jalan, di
depan ada emak-emak mengendarai motor matic yang nyalain lampu sign kiri, tapi
ketika kita hendak menyalipnya dari kanan, tiba-tiba dia mbelok nya ke kanan. Seringnya
gak sampe tabrakan sih, tapi kaget nya itu kadang masih kebawa meski sudah
sampe tempat tujuan. Berbagai postingan dan meme tentang emak-emak model ini
sepertinya tidak cukup efektif mengurangi populasi nya di jalanan, bahkan
semakin hari rasa-rasanya jumlah mereka semakin meningkat secara logarithmic. Sayangnya,
fenomena ini gagal ditangkap oleh produsen sepeda motor matic. Seandainya saja
para produsen motor matic bisa menambahkan fitur lampu sign khusus emak-emak,
di mana jika pengendara mengarahkan tombol sign ke kanan, lampu sign kiri yang
menyala dan sebaliknya atau, kelak di masa depan, bisa saja dikembangkan fitur
pendeteksi pikiran di mana lampu sign akan menyala otomatis berdasarkan pikiran
si pengendara. Ah, jika benar-benar terwujud, perasaan aman dan damai akan
menyertai kita di sepanjang perjalanan meski populasi ibu-ibu mengendarai motor
matic makin banyak.
Fenomena salah menyalakan lampu sign ini
ternyata pernah diteliti oleh John McKinley dari Queen’s University. Hasil
penelitiannya yang berjudul “Sorry, I
meant the patient’s left side: Impact of distraction on left-right
discrimination” yang diterbitkan oleh Medical Education pada tahun 2015
menyimpulkan bahwa wanita yang berada di ruangan yang bising dan penuh gangguan
lebih banyak yang salah membedakan kanan dan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa
kesulitan membedakan kanan dan kiri dipengaruhi oleh proses neuropsikologis
yang mencakup kemampuan mengintegrasikan saraf sensorik dengan informasi
visual. Bukan sekedar karena emak-emak itu ndableg.
Saya pribadi percaya bahwa kesalahan menyalakan lampu sign ini memang lebih
dikarenakan wanita susah membedakan kanan dan kiri jika tidak dalam kondisi full konsentrasi. Buktinya setiap saya menyerahkan
hp ke istri untuk menjadi penunjuk arah dalam petualangan kami ke negeri antah
berantah, istri saya hampir selalu gagal membawa kami ke tujuan dan berakhir
pada “nih lihat sendiri aja petanya”. Terpaksa, untuk urusan ini saya
mempercayakan kepada mbak-mbak pengisi suara di google maps atau waze.
Jika pada kasus menyalakan lampu sign ke kiri
tapi belok ke kanan ini ada penjelasan ilmiahnya, dan saya pada akhirnya
memakluminya, namun ada beberapa perilaku emak-emak naik motor matic yang
sampai sekarang masih bikin sebel dan belum saya temukan penjelasan ilmiahnya. Coba
kita simak.
Tidak Mamahami Kode
Pengguna Jalan Lain
Entah apakah dulu pada masa muda nya, emak-emak
ini tidak pernah mendapat kode dari cowok-cowok yang naksir, yang jelas setelah
jadi emak-emak naik motor matic, kemampuan memahami kode yang diberikan orang
lain kepada mereka adalah nihil. Saya pernah beberapa kali mengalami, saat
hendak menyeberang dengan menggunakan sepeda motor, saya menunggu hingga
kendaraan-kendaraan di depan saya berada pada jarak yang cukup jauh sehingga
saya yakin mereka masih memiliki waktu untuk melakukan pengereman perlahan.
Lampu jauh saya kedipkan berulang dengan maksud meminta para pengendara motor
di depan saya melambat. Pengendara motor yang bukan emak-emak, langsung
memperlambat laju motornya dan memberi saya ruang untuk menyeberang. Tetapi
sialnya, ada satu motor yang tidak melambat, membuat saya ragu untuk
menyeberang. Ketika melewati depan saya, saya bisa mengidentifikasi bahwa dia
seorang emak-emak mengendarai motor matic. Sempat ada satu kejadian di mana si
emak-emak memboncengkan anak nya, dan saya jelas sekali mendengar saat mereka
melewati depan saya, si anak memarahi ibunya dengan mengatakan “kui mau lho ono
seng meh nyebrang” (itu tadi ada yang mau nyebrang). Menunggu hingga ada
kesempatan menyeberang lagi, memberi kode lagi, dan diabaikan lagi oleh
emak-emak naik motor matic. Oke. Fine.
Belok Kanan Dari Sisi
Kanan
Umumnya pengendara sepeda motor akan
menggunakan sisi tengah ketika hendak berbelok ke kanan, baik dari jalan utama
masuk ke jalan kecil atau sebaliknya, dari jalan kecil masuk ke jalan utama.
Tetapi emak-emak naik motor matic memang beda. Saya sering menjumpai mereka
menggunakan sisi paling kanan saat berbelok ke kanan. Memang seringnya tidak
terjadi masalah karena jalanan yang relatif sepi. Namun beberapa waktu lalu
hampir terjadi musibah yang membut jantung saya rasanya mau copot. Waktu itu
malam hari sekitar pukul sembilan. Dalam kondisi lelah dan mengantuk sepulang
kerja, saya hanya ingin secepatnya sampai di rumah sehingga motor saya pacu
dengan kelajuan yang agak tinggi. Saat hendak berbelok ke kiri masuk ke dalam
jalan perumahan, sel-sel saraf saya yang terlatih karena setiap bermain futsal
saya selalu mengambil posisi sebagai kiper, secara reflek memerintahkan kedua
tangan untuk menarik tuas rem. Beruntung kanvas rem motor rajin saya ganti
sesuai buku pedoman. Motor saya berhenti sekitar satu centi di depan emak-emak
naik motor matic yang hendak belok kanan tapi berada di sisi paling kanan.
Apakah kemudian si emak-emak minta maaf? Tentu saja tidak. Meski tampangnya
terlihat kaget, tapi tanpa sepatah kata pun, si emak melewati saya dan
melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan saya yang masih mengatur nafas dan
menunggu denyut jantung kembali normal. Ah, coba saya asli orang Surabaya.
Mungkin makian jancuk sudah keluar dari mulut ini.
Berhenti Mendadak Di
Sembarang Tempat.
Apa yang akan anda lakukan jika pada saat
mengendarai motor, hp anda bergetar? Atau anda merasa salah jalan? Atau
tiba-tiba anda ingin masuk ke toko yang terletak di seberang jalan? Kebanyakan
orang akan memperlambat laju motornya, menyalakan lampu sign kiri dan dengan
perlahan berhenti di sisi kiri jalan. Baru kemudian dia mengangkat hp nya,
tanya penduduk sekitar, atau menunggu saat yang tepat untuk putar balik menuju
toko yang ingin dikunjungi tadi. Lain jika yang mengendarai motor terutama type
matic itu adalah seorang emak-emak. Tanpa peduli ada apa dan siapa di
belakangnya, mereka akan langsung menepi, pada case terburuknya, mereka
langsung berhenti. Ya, berhenti di tengah jalan. Mendapat teror klakson dari
pengendara di belakangnya? Ah, siapa peduli. Buktinya saya pernah menemui hal
ini beberapa kali. Salah satunya, berhenti di tengah jembatan karena anaknya
merengek minta pindah dari sebelumnya berdiri di depan menjadi bonceng di
belakang. Mengapa memilih berhenti di jembatan? karena anaknya merengek sesaat
sebelum naik ke jembatan. Jangan bayangkan ini jembatan Suramadu ya. Ini
jembatan kampung yang tidak bisa dilewati dua mobil pada saat bersamaan.
Lebarnya tidak lebih dari tiga meter untuk dua jalur berlawanan arah. Pada
kesempatan lain saya pernah menjumpai emak-emak yang awalnya melaju dengan
kecepatan sedang tiba-tiba menepi ke kiri tanpa ancang-ancang, tanpa lampu
sign, beruntung tepat di belakang dan sisi kirinya tidak ada siapa-siapa. Saya
yang berada agak jauh di belakang memperhatikan dan saat melewatinya, saya
melihat si emak-emak ini mengambil hp dari sakunya. Saya terus memperhatikan
melalui spion, si emak-emak ini menjawab panggilan telepon. Dari kejadian ini
saya langsung membuat pernyataan dalam hati, bahwa saya tidak akan menyalip
emak-emak dari sisi kiri. Meskipun si emak-emak ini berada di tengah.
Melaju Lambat Di Sisi
Tengah Jalan.
Mendahului emaik-emak yang melaju lambat di
tengah jalan ini perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi. Kalau menyalip dari
kiri, khawatir tiba-tiba si emak banting setir ke kiri karena hp nya bergetar.
Menyalip dari sisi kanan perlu memastikan tidak ada kendaraan lain dari arah
berlawanan. Kesulitan ini akan lebih terasa jika anda mengendarai mobil. Kode
dengan lampu jauh biasanya tidak banyak membantu. Klakson adalah pilihan
terbaik, tetapi sebagai orang jawa yang dididik dengan unggah ungguh kepada
orang tua, rasanya kok tidak sopan mengklakson emak-emak. Pilihan terakhir
tentu saja bersabar, sambil menunggu jalur dari arah berlawanan sepi. Saya
pernah mengalami kejadian ketika ada mobil yang sudah beberapa kali menyalakan
lampu depan untuk meminta si emak-emak menyingkir, tapi si emak-emak tetap
bertahan di tengah. Kemudian si mobil mengklakson beberapa kali, dan si emak kemudian
agak menepi. Ketika sang mobil sudah berhasil menyalip si emak, saya yang
berada di belakang mobil hendak ikut menyalip. Eh ternyata si emak ini kembali
melaju di tengah.
Nah, bagi para pembaca mojok yang merasa sering
melakukan hal-hal di atas, saya sarankan untuk segera bertaubat dan tidak
mengulanginya lagi. Mungkin bagi anda hal ini terasa sepele, “alah cuma gitu
doang, gak sampe bikin kecelakaan dan masuk rumah sakit kan?”. Tapi bagi saya,
tertib dalam berlalu lintas itu cerminan akhlak yang dimiliki. Gak lucu kan klo
kita sering koar-koar untuk membela hak orang lain tapi hak pengguna jalan lain
tidak dipenuhi.
No comments:
Post a Comment