Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Apr 3, 2011

Ngambil dari Buku Diarynya Dewi (episode 03)

Tak terasa, sudah 3 tahun aku menjalani pendidikan di bangku kuliah ini. Semester ini, aku sudah harus mulai mencicil mengerjakan skripsi. Benar-benar tidak menyangka bahwa aku akhrinya bisa kuliah, bahkan sudah hampir lulus begini.

Masih teringat jelas dalam benakku, tiga tahun yang lalu, ketika membaca pengumuman SNMPTN, aku dinyatakan diterima di pilihan pertama, Teknik Fisika UGM. Hari yang membahagiakan, sekaligus menyedihkan. Karena pada hari itu juga, setelah membaca persyaratan registrasi berikiut komponen biaya yang harus dibayar, orang tuaku menyerah. Mereka tidak memiliki uang ataupun barang yang biasa dijual, yang cukup untuk membayarnya. Bahkan kedua orang tuaku sempat menangis di depanku, meminta maaf karena tidak bisa mendukung cita-citaku untuk kuliah. Aku sedih sekali waktu itu, bukan karena aku gagal kuliah, tetapi karena aku membuat kedua orang tuaku menangis.

Mimpi kuliah di UGM saat itu juga aku hapuskan, kemudian aku mencari informasi kursus-kursus D1 yang bisa menambah keahlianku. Tetapi, guru di SMAku sangat menyayangkan keputusan keluargaku untuk tidak registrasi ke UGM. Kemudian beliau menghubungi salah satu alumni yang juga masih kuliah di jurusan yang sama dengan pilihanku. Alumni tersebut menginformasikan kalau ada banyak beasiswa yang disediakan di UGM, dan dia berjanji untuk membantuku mengajukan beasiswa agar dapat kuliah di UGM tanpa biaya. Sempat beradu argumen dengan kedua orang tuaku, bahwa mendapat beasiswa yang full itu sulit. Belum juga memikirkan biaya hidup dan tempat tinggal, karena tidak mungkin Jogja-Klaten aku laju. Tetapi, aku bersikeras, aku akan datang dulu ke UGM, berusaha memperoleh beasiswa seperti yang dijanjikan kakak alumni itu. Jika aku tidak berusaha dulu, bagaimana mungkin ada jalan? Akhirnya orang tuaku menyerah. Mengijinkanku berangkat ke Jogja pada hari terakhir registrasi, hanya membawa dokumen-dokumen yang menjadi syarat registrasi, termasuk surat pendukung untuk memperoleh beasiswa -seperti yang diminta kakak alumni SMAku- beserta uang Rp. 500.000.

Sesampainya di Jogja, kakak alumni SMAku mengantarkanku ke stand advokasi BEM Fakultas Teknik Aku mendapat informasi detail mengenai keringanan biaya di UGM. Untuk sumbangan SPMA, bisa diusahakan gratis oleh para pengurus di BEM, tetapi untuk biaya SPP dan BOP, aku baru bisa mengusahakan beasiswa di semester dua. Dengan bekal uang yang aku bawa, tentu tidak cukup utuk membayar SPP dan BOP di semester satu. Para pengurus BEM bingung juga bagaimana lagi untuk membantuku. Aku kembali terpuruk, sepertinya memang sulit bagi anak miskin sepertiku untuk kuliah di UGM. Tiba-tiba salah seorang dari pengurus BEM yang ada di stand ini berdiri, yang kemudian aku ketahui namanya kak Faisal, dia menyuruhku menunggu, dan dia pergi.

Beberapa saat kemudian dia datang lagi, kemudian menyuruhku mengikutinya. Aku berjalan di belakangnya, menuju ke gedung Jurusan Teknik Fisika. Di dalam gedung yang akan menjadi tempatku menuntut ilmu kuliah ini, aku sempatkan untuk melihat-lihat, sampai kak Faisal menyuruhku masuk ke ruangan Ketua Jurusan. Aku masuk, dan dia pun juga menemaniku masuk. Sebelum masuk ke ruangan Ketua Jurusan ini, awalnya aku membayangkan sosok dosen yang sudah tua, rambut botak dan beruban, serta berkacamata. Tetapi bayanganku langsung sirna setelah pintu terbuka. Sosok yang duduk di belakang meja itu seorang yang menurutku masih sangat muda. Mungkin usianya baru sekitar 30an tahun. Rambut hitam dan bergelombang, wajah bersih tanpa keriput, dan tanpa kacamata. Setelan kemeja lengan pendeknya membuat tampilan beliau jauh dari kesan kaku, beliau terlihat sangat santai.
Beliau mempersilahkan aku duduk di kursi di depannya, sedangkan kak Faisal duduk di sofa di belakangku. Kemudain beliau mulai memperkenalkan diri, namanya Pak Hafidz. Ternyata jabatan beliau bukan ketua jurusan, melainkan hanya Penanggung jawab bidang kemahasiswaan dan alumni, menggantikan tugas ketua jurusan untuk sementara yang sedang bertugas keluar kota. Kemudian secara singkat beliau juga menjelaskan tentang percakapannya dengan kak Faisal sebelum ini. Aku hanya diam saja mendengar penjelasan beliau, sampai kemudian beliau bertanya-tanya tentang diriku, tentang keluargaku dan banyak hal lagi. Meski sebenarnya aku diwawancarai namun waktu itu aku tidak merasakannya, yang ku rasakan hanya sekedar ngobrol biasa. Akhirnya beliau mengatakan -yang sempat membuatku shock saat itu- bahwa yayasan beliau akan membiayai kuliah saya sampai saya lulus. Full. Saya benar-benar kaget sekaligus bahagia, kemudian beliau memintaku untuk segera melakukan registrasi, beliau membuat surat yang menyatakan bahwa biaya kuliah saya ditanggung oleh yayasan beliau, sehingga saya bisa melakukan registrasi tanpa harus membayar terlebih dahulu. Saya berkali-kali mengucapkan terimakasih, dan beliau berkali-kali pula mengucapkan, sudah, sudah, nanti setelah selesai registrasi, tolong balik ke sini.

Setelah selesai melakukan registrasi, ternyata sudah masuk waktu ashar. Ku sempatkan shalat ashar di mushola Teknik, dari suara takbirnya, ku kenali bahwa imam shalat itu Pak Hafidz, meski baru pertama kali bertemu, tapi logat dan nada suaranya yang khas membuatku yakin bahwa itu beliau. Selesai shalat ashar, aku kembali ke ruangan Ketua Jurusan. Ternyata kami malah bertemu ketika baru sampai di KPTU. Aku kembali ditanyai tentang rencana ku ngekos, tentang biaya hidup dan sebagainya. Dengan jujur, aku menjawab bahwa aku belum punya rencana apa-apa. Survei kos-kosan pun belum. Mendengar jawabanku itu, Pak Hafidz tersenyum dan memintaku untuk menemui istrinya di rumah. Beliau memberikan alamat rumahnya dan keterangan, bus mana yang harus aku tumpangi. Tidak terlalu sulit ternyata, aku sudah sampai di rumah Pak Hafidz. Di sebuah kompleks perumahan sederhana, rumah beliau terbilang kecil. Berpagar besi tanpa ukiran, berdinding putih, halaman depannya yang sempit dihiasi dengan bunga-bunga dalam pot-pot.

Ku pencet bell, terdengar suara salam dari dalam rumah. Cukup lama aku menunggu, sampai pintu depan terbuka, kemudian muncul seorang ibu-ibu muda, menggendong anak yang masih balita dan sepertinya beliau sedang hamil. Beliau menyambutku ramah, membukakan pintu gerbang, dan mempersilahkanku masuk. Kami pun mengobrol di halamannya.................................

Obrolan kami memang hanya berlangsung singkat, waktu juga sudah terlalu sore. Menjelang maghrib aku pulang. Di dalam bus menuju Klaten aku tak habis pikir. Bener-bener sebuah anugrah luar biasa yang Alloh turunkan untukku. Istri Pak Hafidz, yakni Bu Rahma, menawarkan kos-kosannya, atau lebih tepatnya asrama yang ia kelola. Aku diperkenankan menempatinya secara gratis. Asrama itu memang diperuntukkan bagi para mahasiswa yang kesulitan keuangan. Sebagai konsekuansinya, penghuni asrama harus mematuhi peraturan. Bagiku, seluruh peraturan yang tadi Bu Rahma jelaskan tidak ada yang memberatkan. Jadi, aku merasa benar-benar mendapatkan semuanya dengan cuma-cuma.

Sampai di rumah, orang tuaku tidak percaya dengan semua ceritaku. Mereka tidak percaya ada orang seperti pak Hafidz dan Bu Rahma. Tapi mereka tidak bisa membantah lagi ketika aku tunjukkan kartu mahasiswa sementara hasil registrasi. Akupun menjelaskan syarat-syarat yang harus aku penuhi untuk mempertahankan beasiswa ini. Termasuk menjaga nilai tetap baik, mematuhi berbagai aturan asrama, mengikuti kegiatan-kegiatan asrama, dan organisasi kampus. Mengetahui syarat yang seabrek itu, orang tuaku hanya geleng-geleng kepala. Tapi mereka berdua mendukungku dengan sepenuh hati. Hari itu benar-benar momen yang paling membahagiakan dalam hidupku. Malam itu, wejangan dari kedua orang tuaku terus mengalir. Menasehatiku untuk sungguh-sungguh kuliah. Gak macem-macem. Mengingat kuliahku dibiayai pihak lain.

3 comments:

haniya said...

humm..hummm... kenapa ya dari kisah yg pertama sampe ke-3 konfliknya ga terasa? Apalagi yg ketiga ini. Mulus bgt ceritanya.. hehe.. ^_^v

Hafiq said...

emang gak ada konflik. kan diary. bukan cerpen. :D

Viagra Asli Usa 100Mg said...
This comment has been removed by a blog administrator.