Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Mar 25, 2008

Jangan panggil aku ikhwan

Sebuah Risalah dari Musafir Hayat
Dikutip dari “Surat Cinta untuk Sang Aktivis”

siapakah ikhwan sejati itu?

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang tampan rupawan tetapi dari kesungguhannya dalam menjaga kemuliaan diri, keluarga dan agamanya. Pantang baginya mengemis kemuliaan pada raja-raja dan tuan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar dan dadanya yang bidang, tetapi dari keberaniannya mengakui setiap kesalahan dan adilnya sikap kala menjadi seorang pemimpin. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Pantang baginya berputus asa dari keluasan sifat Rabbnya yang Ar-Rahman.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari proporsionalnya postur tubuh dan lincahnya gerakan, tetapi dari kasih sayang dan kelembutan hatinya terhadap sesama muslim dan tegas serta arif bijaksananya terhadap kaum kafir. Baginya kritik adalah salah satu rumus untuk tercapainya kesuksesan. Sifat tawadhu’ adalah baju keabadian yang dipakainya sepanjang perguliran zaman.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari lantangnya bersuara kala bertilawah, banyaknya hadist yang dia hafal, tetapi dari keteguhan dan konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Dia selalu berusaha mengajarkan kepada yang belum memahaminya. Al-qur’an dan As-sunah dijadikannya sebagai suluh penerang serta pijakan dalam menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari tajamnya pedang atau banyaknya peluru dari senapan yang ia bawa, tetapi dari sikapnya yang tegar dalam mempertahankan kebenaran yang ia bela. Syahid baginya adalah tujuan. Jihad Fiisabilillah adalah cita-citanya yang tertinggi. Ilmu yang bermanfaat adalah tongkat yang ia pegang. Pantang baginya mengikuti persangkaan-persangkaan batil, mengatakan yang tidak ada ilmu di dalam dirinya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang menyanjung dan menggodanya, tetapi dari komitmennya dalam mendidik dan mencintai pasangan hidupnya. Keharmonisan keluarga yang dia bina adalah semata-mata dijadikan sarana untuk mendaki tangga-tangga cinta-Nya. Pantang baginya bersikap kasar terhadap istri dan anak tanpa adanya pelanggaran syar’i. Mitsaqan ghalidza dia gigit erat-erat dengan gigi gerahamnya. Panggilan jihad baginya adalah rayuan cinta yang harus segera dipenuhi. Dadanya selalu dipenuhi dengan gelora syahid.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya kitab yang ia kuasai dan cakapnya dalam berorasi, tapi dari sikapnya yang istiqomah dalam menanggung amanah dan sikap tawadhu’ dalam menjalani liku kehidupan ini. Pantang baginya membanggakan apa-apa yang ada pada leluhurnya, sementara ia tak punya apa-apa yang bisa dijadikan amal unggulan. Dia yang selalu melihat orang-orang di bawahnya dalam hal keduniaan dan selalu memandang ke atas dalam urusan-urusan akhirat.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya muatan dan beratnya barbel yang dapat ia angkat, tapi dari kesabarannya kala marah dan sikap qana’ah dalam menerima setiap anugerah Rabbnya. Obsesi terbesarnya adalah mencari keridhoan Allah Ta’ala. Ia yang selalu mendahulukan kepentingan agama-Nya di atas segala-galanya. Minhajul qasidin dan minhajul muslim menjadi bingkai hidupnya.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya orang yang dapat ia tudukkan dan takut padanya, tapi dari seberapa besar ia takut pada Rabbnya sehingga ia berhati-hati dalam meniti kehidupan ini. Pantang baginya bersikap takabur ketika kekuasaan ada dalam genggaman, dan bersikap ghuwul (berlebih-lebihan) ketika perhiasan-perhiasan dunia ada di bawah telapak kakinya.

Jangan panggil kami ikhwan!!

Jangan panggil kami ikhwan, selagi kau masih menemui kami mengumbar pandangan. Hingga lepas panah syetan dari busurnya dan melesat dengan sebenar-benarnya kecepatan ke celah hati tanpa terasa. Hingga lupa makna ghadul bashar yang pernah kita kaji bersama. Sebagai kaum adam, sudah menjadi fitrah untuk suka pada kaummu. Tapi sungguh fitrah tersebut bisa menjadi salah satu jalan menuju neraka-Nya seandainya kami tidak memaknai dan menerapkannya secara tepat, sesuai dengan kaidah syar’i.

“ Pandangan mata itu adalah sebuah anak panah dari panah-panah iblis. Maka barang siapa meninggalkannya (mengelakkannya dari melihat wanita) karena takut pada-Ku, niscaya Aku ganti dengan iman yang dirasakan lezat manisnya di dalam hatinya.” (Riwayat Thabrani dan Hakim dari Ibnu Mas’ud)

Jangan panggil kami ikhwan jika kau masih melihat kami berkhalwat dan berikhtilat dengan dalih masih dalam batas syar’i atau untuk kepentingan organisasi. Atau dengan alasan tak masalah tak pakai hijab yang penting hati bersih dan niatan suci. Nasihatilah kami jika kami melanggar syariat-Nya. Tegaslah kepada kami karena nasihat itu akan menjadi pengontrol dan penyeimbang hati kami dalam melakukan tugas-tugas sebagai qawwam.

Jangan panggil kami ikhwan, jikalau kau masih melihat kami sholat dalam keadaan munfarid dan meninggalkan jamaah, dengan alasan darurat dan tanggung untuk menutup syuro’ atau aksi yang sedang kita lakukan. Terlebih ketika kami dengan sengaja mengakhirkan waktu sholat, karena hal itu menandakan bahwa hati kami sedang tidak sehat. Jangan engkau sungkan untuk menyirami kami dengan kritik tajam yang membangun.

Jangan panggil kami ikhwan, jika kami mundur dari gelanggang dakwah dan jihadiyah; meski selangkah. Dengan alasan mengatur strategi kembali dan beristirahat barang sejenak untuk menyusun kekuatan. Padahal jiwa ini mengatakan kami takut maut yang menghadang.
Bantulah kami memompa ghirah agar menjadi bola semangat yang auranya dapat menggetarkan musuh-musuh Allah dari jarak sekian perjalanan waktu. Bantu kami dengan doamu agar ruh-ruh jihad tidak lepas tidak lepas dari jiwa kami. Dan doakan agar kami menjadi syaefullah –pedang Allah yang tajam dan ditakuti musuh-Nya-

Jangan panggil kami ikhwan, jika kau masih mendengar musuh memanggil kami “pahlawan” dan rekan-rekan seperjuangan menyandangkan gelar penghianat dan mengatakan ini bentuk penghianatan. Peringatkan selalu kepada kami agar jangan sampai dakwah dan jihadiyah ini dijadikan untuk mendapatkan dunia atau wanita.

Jangan panggil kami ikhwan, sebelum melihat kami menemui musuh lalu menghadangnya, atau dia menghadang dan kamipun melawannya. Sekali lagi jangan panggil kami ikhwan selagi kau temui kami berada di bawah komando nafsu.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu pasti akan diberi nikmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS At-Taubah:71)