Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Jul 4, 2015

Malaysia Truly Asia?

Setelah tiga kali mengunjungi Malaysia dalam kesempatan yang terbatas, hanya beberapa hari saja. Kali ini saya berkesempatan tinggal di Malaysia dalam waktu yang cukup lama, yakni 3 bulan. Bahkan di awal pertemuan dengan manajer di sini, ada kemungkinan akan diperpanjang menjadi 6 bulan atau lebih. Tergantung kebutuhan. Excited tentu nya. Tetapi sejauh ini saya merasa kesepian. Wkwkwk :v

Suasana Kantor

Berbeda dengan di Surabaya, suasana kantor di Kuala Lumpur lebih dingin, ya, dingin dalam artian sesungguhnya dan dalam artian kiasan v^_^v. Tidak banyak yang menyapa, bertanya atau mengajak ngobrol basa basi. Hanya jika memang perlu saja baru menyapa. Tiga hari pertama tidak banyak yang saya kerjakan. Baru sekedar baca baca dan ketik ketik aja. Belum banyak mikir nya :D. Yang menarik adalah, ternyata orang Malaysia tidak menjadi mayoritas di sini. Bahkan saat Kick of Meeting tender saja, orang asli Malaysia nya bisa dihitung dengan satu jari.

Suasana Ramadhan


Suasana Ramadhan di kantor tidak terlalu terasa, yang puasa sepertinya tidak menjadi mayoritas :D. Tetapi di mushola (surau dalam Bahasa Malaysia) ada kajian qobliyah dzuhur. Ya, jam istirahat kantor jam 13.00 – 14.00 sedangakan waktu sholat dzuhur jam 13.00 lewat, maka diadakan kajian dulu hingga 13.50 baru kemudian sholat dzuhur berjamaah. Suasana Ramadhan di sepanjang jalan jalan di Kuala Lumpur cukup terasa, dengan banyak nya baliho dan spanduk promosi bertema Ramadhan, juga terdapat beberapa penjaja takjil di pinggir jalan meski tidak sebanyak di Indonesia. Buka Puasa bersama di Masjid sangat ramai, bahkan saya sempat kehabisan nasi untuk berbuka dan hanya memperoleh bubur ayam. Sempat merasakan sholat tarawih di dua masjid berbeda, keduanya sama sama melaksanakan sholat tarawih dan witir 23 rakaat, tapi dengan sedikit perbedaan gaya. Di salah satu masjid hampir tidak ada jeda antar shalat, hanya seruan untuk mendirikan sholat saja, di masjid satunya setiap 4 rakaat diselingi dengan dzikir dan doa. Berbeda dengan shalat tarawih 23 rakaat di Indonesia pada umumnya, durasi sholat isya dan tarawih di sini berkisar antara 1.5 hingga 2 jam, padahal tidak ada ceramah. Uniknya, lebih dari 2/3 jamaah tidak menyelesaiakn sholat nya bersama dengan imam. Saat sholat isya, masjid penuh hingga ke serambi, saat sholat witir hanya tersisa 3 hingga 5 shof saja padahal shof di masjid itu terdiri dari 12 shof.


Islam di Kuala Lumpur

Tidak banyak berbeda dengan di Indonesia, ketika sholat berjamaah, banyak yang tidak terlalu memperdulikan lurus dan rapatnya shof, bahkan ada yang membiarkan shof di depanya kosong tak terisi. Sholat tanpa memasang sutroh dan lewat di depan orang sholat juga terlihat tampak biasa di sini. Wanita Muslimah yang berhijab pun tidak semuanya berhijab syar’i. Malah ada yang mengenakan kerudung tapi lengan baju nya pendek. Yang menarik adalah cukup mudahnya ditemui orang timur tengah di sini. Di masjid masjid atau surau, hampir selalu saya temui orang timur tengah. Juga menarik ketika satu dua kali melihat orang eropa atau afrika sholat berjamaah. Kuala Lumpur benar benar kota multi ras. Perbedaan besar antara islam di kuala lumpur dan Indonesia adalah jumlah masjid. Jumlah masjid di kuala lumpur sedikit, tapi besar besar. Sedangkan surau atau mushola biasanya terdapat di gedung gedung atau mall. Saya tidak pernah menemukan masjid kecil atau mushola yang berdiri sendiri. Berbeda dengan Indonesia yang hampir di setiap kampung ada masjid atau musholanya.

Infrastruktur

Salah seorang teman pernah menanyakan, benarkah infrastruktur di Kuala Lumpur lebih maju 20 tahun daripada di Indonesia? Jika dilihat sepintas, jelas saja, infrastruktur di Kuala Lumpur sangat maju. Lihat saja rute transportasi massal di Kuala Lumpur ini



Ini bukan rute koridor busway (yang tetap bisa terjebak macet). Ini adalah rute gabungan antara monorail (kereta yang rel nya di atas jalan raya), LRT (kereta ringan), KTM Komuter (kereta biasa) dan bus. Lihat bagaimana terintegrasinya jalur jalur tiap koridor. Di Jakarta saja, yang cuma ada bus way dan Komuter, belum terintegrasi secara rapi seperti ini.

Detail cerita menggunakan LRT di Kuala Lumpur bisa disimak di sini.

Selain itu, kelebihan yang ditawarkan oleh Kuala Lumpur di bidang infrastruktur adalah adanya pedestarian dan jalur khusus buat pejalan kaki yang nyaman dan aman. Terdapat juga lorong lorong bawah tanah dan lorong lorong di atas jalan raya khusus bagi pejalan kaki. Tampak pada gambar di bawah, pedestrian tertutup dan ber AC untuk pejalan kaki.



Biaya hidup

Biaya hidup di Kuala Lumpur mahal? Bisa ya, bisa tidak. Tergantung bagaimana gaya hidup kita. Sebagai contoh, ada dua restoran, menjual menu yang sama, yang satu harganya 10.5 ringgit, yang satu 19 ringgit. Contoh lain, dari bandara mau ke pusat kota, bisa naik taxi dengan tarif 100 an ringgit, bisa juga naik KLIA express kemudian nyambung dengan monorail, LRT atau MRT. Tarif nya tidak akan lebih dari 50 ringgit. Jadi memang mesti pintar pintar mengelola pengeluaran. Rata-rata sekali makan di warung tenda atau kaki lima sekitar 5 ringgit, dengan lauk seadanya tentu saja.
Rekomendasi tempat makan =  Sepanjang Jalan Alor
Rekomendasi tempat beli oleh oleh = Petaling street dan Pasar Seni

Perilaku Masyarakat

Saat datang ke Malaysia sekedar untuk meeting dan training, saya tidak menemukan perilaku masyarakat di kuala lumpur yang menyimpang. Bahkan lebih sering menemui perilaku masyarakat yang tertib dan tidak egois, misal, mendahulukan pejalan kaki yang mau menyeberang, berhenti di belakang marka jalan saat lampu merah meski perempatan itu sepi, menyediakan space di escalator dengan berdiri di tepi agar bisa dilewati orang yang terburu buru.
Tapi kali ini, saya menemukan bahwa di Kuala Lumpur, ada juga tembok yang dicorat coret oleh aksi vandalisme, mobil yang tidak mau mengalah dengn pejalan kaki yang hendak menyeberang, dan juga bertemu dengan beberapa peminta minta. Selain itu, ada pelayan warung makan yang ternyata kelahiran Jawa Timur, beliau berpesan pada kami untuk berhati hati, di Kuala Lumpur pun tetap ada banyak tindak kejahatan. Ah, image saya terhadap Kuala Lumpur yang awalnya luar biasa menjadi biasa biasa saja :D