Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Oct 15, 2018

Yang Lebih Ngeselin Dari Emak-Emak Sign Kiri Belok Kanan


~The power of emak-emak straight back again~
Sebel gak sih kalau lagi enak-enak nggeber motor atau mobil di jalan, di depan ada emak-emak mengendarai motor matic yang nyalain lampu sign kiri, tapi ketika kita hendak menyalipnya dari kanan, tiba-tiba dia mbelok nya ke kanan. Seringnya gak sampe tabrakan sih, tapi kaget nya itu kadang masih kebawa meski sudah sampe tempat tujuan. Berbagai postingan dan meme tentang emak-emak model ini sepertinya tidak cukup efektif mengurangi populasi nya di jalanan, bahkan semakin hari rasa-rasanya jumlah mereka semakin meningkat secara logarithmic. Sayangnya, fenomena ini gagal ditangkap oleh produsen sepeda motor matic. Seandainya saja para produsen motor matic bisa menambahkan fitur lampu sign khusus emak-emak, di mana jika pengendara mengarahkan tombol sign ke kanan, lampu sign kiri yang menyala dan sebaliknya atau, kelak di masa depan, bisa saja dikembangkan fitur pendeteksi pikiran di mana lampu sign akan menyala otomatis berdasarkan pikiran si pengendara. Ah, jika benar-benar terwujud, perasaan aman dan damai akan menyertai kita di sepanjang perjalanan meski populasi ibu-ibu mengendarai motor matic makin banyak.
Fenomena salah menyalakan lampu sign ini ternyata pernah diteliti oleh John McKinley dari Queen’s University. Hasil penelitiannya yang berjudul “Sorry, I meant the patient’s left side: Impact of distraction on left-right discrimination” yang diterbitkan oleh Medical Education pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa wanita yang berada di ruangan yang bising dan penuh gangguan lebih banyak yang salah membedakan kanan dan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan membedakan kanan dan kiri dipengaruhi oleh proses neuropsikologis yang mencakup kemampuan mengintegrasikan saraf sensorik dengan informasi visual. Bukan sekedar karena emak-emak itu ndableg. Saya pribadi percaya bahwa kesalahan menyalakan lampu sign ini memang lebih dikarenakan wanita susah membedakan kanan dan kiri jika tidak dalam kondisi full konsentrasi. Buktinya setiap saya menyerahkan hp ke istri untuk menjadi penunjuk arah dalam petualangan kami ke negeri antah berantah, istri saya hampir selalu gagal membawa kami ke tujuan dan berakhir pada “nih lihat sendiri aja petanya”. Terpaksa, untuk urusan ini saya mempercayakan kepada mbak-mbak pengisi suara di google maps atau waze.
Jika pada kasus menyalakan lampu sign ke kiri tapi belok ke kanan ini ada penjelasan ilmiahnya, dan saya pada akhirnya memakluminya, namun ada beberapa perilaku emak-emak naik motor matic yang sampai sekarang masih bikin sebel dan belum saya temukan penjelasan ilmiahnya. Coba kita simak.
Tidak Mamahami Kode Pengguna Jalan Lain
Entah apakah dulu pada masa muda nya, emak-emak ini tidak pernah mendapat kode dari cowok-cowok yang naksir, yang jelas setelah jadi emak-emak naik motor matic, kemampuan memahami kode yang diberikan orang lain kepada mereka adalah nihil. Saya pernah beberapa kali mengalami, saat hendak menyeberang dengan menggunakan sepeda motor, saya menunggu hingga kendaraan-kendaraan di depan saya berada pada jarak yang cukup jauh sehingga saya yakin mereka masih memiliki waktu untuk melakukan pengereman perlahan. Lampu jauh saya kedipkan berulang dengan maksud meminta para pengendara motor di depan saya melambat. Pengendara motor yang bukan emak-emak, langsung memperlambat laju motornya dan memberi saya ruang untuk menyeberang. Tetapi sialnya, ada satu motor yang tidak melambat, membuat saya ragu untuk menyeberang. Ketika melewati depan saya, saya bisa mengidentifikasi bahwa dia seorang emak-emak mengendarai motor matic. Sempat ada satu kejadian di mana si emak-emak memboncengkan anak nya, dan saya jelas sekali mendengar saat mereka melewati depan saya, si anak memarahi ibunya dengan mengatakan “kui mau lho ono seng meh nyebrang” (itu tadi ada yang mau nyebrang). Menunggu hingga ada kesempatan menyeberang lagi, memberi kode lagi, dan diabaikan lagi oleh emak-emak naik motor matic. Oke. Fine.
Belok Kanan Dari Sisi Kanan
Umumnya pengendara sepeda motor akan menggunakan sisi tengah ketika hendak berbelok ke kanan, baik dari jalan utama masuk ke jalan kecil atau sebaliknya, dari jalan kecil masuk ke jalan utama. Tetapi emak-emak naik motor matic memang beda. Saya sering menjumpai mereka menggunakan sisi paling kanan saat berbelok ke kanan. Memang seringnya tidak terjadi masalah karena jalanan yang relatif sepi. Namun beberapa waktu lalu hampir terjadi musibah yang membut jantung saya rasanya mau copot. Waktu itu malam hari sekitar pukul sembilan. Dalam kondisi lelah dan mengantuk sepulang kerja, saya hanya ingin secepatnya sampai di rumah sehingga motor saya pacu dengan kelajuan yang agak tinggi. Saat hendak berbelok ke kiri masuk ke dalam jalan perumahan, sel-sel saraf saya yang terlatih karena setiap bermain futsal saya selalu mengambil posisi sebagai kiper, secara reflek memerintahkan kedua tangan untuk menarik tuas rem. Beruntung kanvas rem motor rajin saya ganti sesuai buku pedoman. Motor saya berhenti sekitar satu centi di depan emak-emak naik motor matic yang hendak belok kanan tapi berada di sisi paling kanan. Apakah kemudian si emak-emak minta maaf? Tentu saja tidak. Meski tampangnya terlihat kaget, tapi tanpa sepatah kata pun, si emak melewati saya dan melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan saya yang masih mengatur nafas dan menunggu denyut jantung kembali normal. Ah, coba saya asli orang Surabaya. Mungkin makian jancuk sudah keluar dari mulut ini.
Berhenti Mendadak Di Sembarang Tempat.
Apa yang akan anda lakukan jika pada saat mengendarai motor, hp anda bergetar? Atau anda merasa salah jalan? Atau tiba-tiba anda ingin masuk ke toko yang terletak di seberang jalan? Kebanyakan orang akan memperlambat laju motornya, menyalakan lampu sign kiri dan dengan perlahan berhenti di sisi kiri jalan. Baru kemudian dia mengangkat hp nya, tanya penduduk sekitar, atau menunggu saat yang tepat untuk putar balik menuju toko yang ingin dikunjungi tadi. Lain jika yang mengendarai motor terutama type matic itu adalah seorang emak-emak. Tanpa peduli ada apa dan siapa di belakangnya, mereka akan langsung menepi, pada case terburuknya, mereka langsung berhenti. Ya, berhenti di tengah jalan. Mendapat teror klakson dari pengendara di belakangnya? Ah, siapa peduli. Buktinya saya pernah menemui hal ini beberapa kali. Salah satunya, berhenti di tengah jembatan karena anaknya merengek minta pindah dari sebelumnya berdiri di depan menjadi bonceng di belakang. Mengapa memilih berhenti di jembatan? karena anaknya merengek sesaat sebelum naik ke jembatan. Jangan bayangkan ini jembatan Suramadu ya. Ini jembatan kampung yang tidak bisa dilewati dua mobil pada saat bersamaan. Lebarnya tidak lebih dari tiga meter untuk dua jalur berlawanan arah. Pada kesempatan lain saya pernah menjumpai emak-emak yang awalnya melaju dengan kecepatan sedang tiba-tiba menepi ke kiri tanpa ancang-ancang, tanpa lampu sign, beruntung tepat di belakang dan sisi kirinya tidak ada siapa-siapa. Saya yang berada agak jauh di belakang memperhatikan dan saat melewatinya, saya melihat si emak-emak ini mengambil hp dari sakunya. Saya terus memperhatikan melalui spion, si emak-emak ini menjawab panggilan telepon. Dari kejadian ini saya langsung membuat pernyataan dalam hati, bahwa saya tidak akan menyalip emak-emak dari sisi kiri. Meskipun si emak-emak ini berada di tengah.
Melaju Lambat Di Sisi Tengah Jalan.
Mendahului emaik-emak yang melaju lambat di tengah jalan ini perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi. Kalau menyalip dari kiri, khawatir tiba-tiba si emak banting setir ke kiri karena hp nya bergetar. Menyalip dari sisi kanan perlu memastikan tidak ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Kesulitan ini akan lebih terasa jika anda mengendarai mobil. Kode dengan lampu jauh biasanya tidak banyak membantu. Klakson adalah pilihan terbaik, tetapi sebagai orang jawa yang dididik dengan unggah ungguh kepada orang tua, rasanya kok tidak sopan mengklakson emak-emak. Pilihan terakhir tentu saja bersabar, sambil menunggu jalur dari arah berlawanan sepi. Saya pernah mengalami kejadian ketika ada mobil yang sudah beberapa kali menyalakan lampu depan untuk meminta si emak-emak menyingkir, tapi si emak-emak tetap bertahan di tengah. Kemudian si mobil mengklakson beberapa kali, dan si emak kemudian agak menepi. Ketika sang mobil sudah berhasil menyalip si emak, saya yang berada di belakang mobil hendak ikut menyalip. Eh ternyata si emak ini kembali melaju di tengah.

Nah, bagi para pembaca mojok yang merasa sering melakukan hal-hal di atas, saya sarankan untuk segera bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Mungkin bagi anda hal ini terasa sepele, “alah cuma gitu doang, gak sampe bikin kecelakaan dan masuk rumah sakit kan?”. Tapi bagi saya, tertib dalam berlalu lintas itu cerminan akhlak yang dimiliki. Gak lucu kan klo kita sering koar-koar untuk membela hak orang lain tapi hak pengguna jalan lain tidak dipenuhi.

No comments: