Sebagai aktivis jual beli online, saya sering gregetan menemui pembeli atau calon pembeli yang menanyakan sesuatu padahal hal itu sudah jelas-jelas tercantum di informasi barang. Awalnya saya hanya menganggap orang orang ini sekedar malas membaca detail.
Begitu pula dalam keseharian bersosial media, banyak sekali saya jumpai orang orang yang sekedar membaca judul kemudian menulis di kolom komentar. Dari komentarnya jelas sekali menunjukkan kalau dia tidak membaca isi berita. Kebiasaan ini yang kemudian membuat banyak media (baik mainstream maupun abal-abal) membuat berita dengan judul judul bombastis. Sampai di sini saya masih menganggap bahwa mereka hanya sekedar malas membaca detail.
Kemudian ketika menemui orang - orang yang protes mengenai sistem KPR di mana mereka baru menyadari sistem tersebut setelah sekian lama proses kredit berlangsung, padahal jelas-jelas semua tertulis di perjanjian atau akad jual beli. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa mereka malas membaca detail.
Ketika mengurus balik nama motor di kantor samsat, mengurus BPJS di kantor BPJS, atau mengurus surat pindah penduduk di Disdukcapil, saya juga menemui orang orang yang kebingungan akan alur atau proses nya padahal semua terpampang dan tertulis jelas di papan pengumuman. Saat itu saya mulai khawatir, jangan jangan bukan sekedar malas membaca detail, tapi juga malas membaca dan meresapi maksud bacaan tersebut.
Lalu, ketika membaca berita di media bahwa ada puluhan Customer Lazada yang protes dan meminta uang nya dikembalikan gara-gara mengira tempered glass 100 pcs adalah handphone, saya menjadi yakin bahwa masalah kita bukan sekedar malas membaca detail. Tetapi lebih parah dari itu. Sungguh, bangsa ini sedang mengalami apa yang disebut dengan darurat literasi.
No comments:
Post a Comment