Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Oct 16, 2018

Kurangin Sampah, Banyakin Anak.


~Demi masa depan Bumi kita guys~
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, jumlah sampah kantong plastik yang dihasilkan Indonesia dalam satu tahun mencapai 10 juta lembar. Pada 2019, diperkirakan jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia sebanyak 9,5 juta ton. Sedangkan menurut data dari Jambeck (2015), sampah plastik dari Indonesia yang dibuang ke laut mencapai 187,2 juta ton. Tertinggi kedua setelah China. Data dari dinas kebersihan DKI Jakarta menyebutkan, setiap hari mereka mengangkut 7,000 ton sampah. Dari data-data tersebut, apakah kita masih menganggap persoalan sampah adalah persoalan receh atau remeh temeh? Sayangnya, masalah sampah ini menurut kebanyakan orang adalah urusan pemerintah. Solusi – solusi yang ditawarkan juga mayoritas tidak menyentuh kalangan akar rumput. Sehingga kita-kita yang tidak memiliki kuasa ini hanya bisa manggut-manggut sambil ngemil kwaci dan membuang sampahnya di sembarang tempat.

Selama ini kita menganggap bahwa asalkan semua orang membuang sampah di tempatnya, maka tanggung jawab kita dalam urusan sampah sudah selesai, sisa nya biarlah pemerintah yang mengurusinya. Namun, pernahkah terpikirkan dalam otak kita, sampah-sampah yang kita buang ke tempat sampah itu akan lari ke mana? Indonesia belum memiliki sarana pengolahan sampah yang memadai. Kebanyakan sampah hanya menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Contoh, di Bantar Gebang yang saat ini telah menampung 18 juta meter kubik sampah. Proses pengolahan sampah di Bantar Gebang memang tidak sekedar ditumpuk-tumpuk saja seperti para koruptor menumpuk harta. Berbagai upaya sudah mulai dilakukan, seperti gasifikasi dan pengkomposan, serta rencana pembuatan pembangkit listrik tenaga sampah. Tetapi mengingat volume sampah yang sudah sedemikian besar nya, dan jumlah sampah yang terus diproduksi tiap hari nya, kita seharusnya mulai berfikir untuk mengurangi jumlah sampah yang kita produksi. Bukan lagi sekedar memastikan kita membuang sampah pada tempatnya ~yang mana sampai sekarang pun kebanyakan warga Indonesia masih belum berhasil melakukanya~. Membakar sampah memang dapat mengurangi volume sampah, tetapi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pembakaran sampah tidak bisa dianggap enteng. Proses pembakaran sampah pada umumnya akan menghasilkan zat-zat berbahaya, mulai dari karbon monoksida (CO), clorin (Cl) hingga benzopirena. Lalu, bagaimana cara kita mengurangi produksi sampah?

Mengurangi sampah plastik.
Sudah cukup banyak kampanye yang digalakkan pemerintah maupun LSM untuk berhenti menggunakan kantong plastik, tetapi entah mengapa efektifitasnya kurang terasa. Padahal effort yang perlu kita keluarkan sebenarnya sangat sederhana. Cukup membawa kantong belanjaan sendiri ketika belanja, atau meminta kardus jika belanjaan kita banyak. Jika lupa tidak membawa kantong belanjaan sendiri, tidak membawa tas, di kendaraan tidak terdapat kantong atau bagasi yang bias dimanfaatkan, dan tidak memungkinkan dibawa dengan tangan kosong, maka simpan plastik belanjaan yang terpaksa digunakan itu untuk digunakan kembali saat berbelanja. Jangan sekali pakai langsung dibuang ke tong sampah. Berbeda dengan popok bayi atau pembalut yang memang hanya bisa sekali pakai.

Untuk yang hobi makan di kantor dan nitip office boy untuk membelikanya, sadar gak kalau ada cukup banyak sampah yang diproduksi saat kita memesan makanan secara take away? Mulai dari kantong plastiknya, bungkus makanannya, karet gelangnya, plastik minumannya, sedotannya, hingga sendok plastiknya. Jika memang memungkinkan untuk makan secara dine in, usahakan makan di tempat. Lebih baik lagi jika mulai membiasakan membawa bekal dari rumah, sudah punya istri toh? Manfaatkanlah istri dengan sebaik-baiknya. Minta tolong siapkan bekal setiap mau berangkat kerja. Eits, tapi hati-hati, jangan sampai Tupperware anda hilang atau ketinggalan di kantor. Urusanya bisa lebih panjang dari ngurus tumpukan sampah. Klo belum punya istri bagaimana? Buat para jomblo, tenang, masalah kalian akan teratasi dengan meminta dibuatkan bekal sama mbak-mbak penjual nasi pecel pinggir jalan, tentu dengan membayar seharga nasi pecel nya. Kalaupun sangat terpaksa membeli makanan dengan cara dibungkus, biasakan membawa wadah sendiri, tidak harus Tupperware jika takut hilang, wadah merk lain juga tidak masalah. Anda bisa meminta penjual makanan menggunakan wadah itu, tak akan ada lagi sampah yang anda produksi dari sini. Ngerasa ribet? Bandingkan lebih ribet mana dengan ngurus sampah yang numpuk di TPA? Atau ngurus e-KTP yang bertahun-tahun tidak jadi juga?

Jenis sampah plastik yang paling sering ditemui selain kantong plastik dan sedotan adalah botol air minum. Jika anda mempunyai rencana bepergian dan merasa memerlukan air minum dalam kemasan, sebaiknya membawa bekal air minum dari rumah. Bahkan anda bisa menghemat biaya air minum jika anda rutin mengisi penuh botol air minum anda sebelum pulang ke rumah. Lebih hemat dan ramah lingkungan bukan? Kalaupun anda lupa membawa bekal air minum dan kehausan dalam perjalanan, jangan langsung memutuskan membeli air minum dalam botol plastik. Usahakan terlebih dahulu mampir ke masjid yang menyediakan minum gratis. Jika tidak ada, belilah air minum dalam kemasan kotak karena bahan baku utamanya kertas, bukan pastik. Dan jika dengan sangat terpaksa membeli air mineral botolan, usahakan mengumpulkannya dan memberikan kepada pemulung. Hal ini akan lebih meminimalisir keberadaan sampah botol air mineral di TPA, sungai atau bahkan laut. Ah, andai kebiasaan orang jaman dulu yang menyediakan gentong berisi air minum di depan rumah untuk orang-orang yang kehausan dalam perjalanan bisa kita lestarikan. Sebuah local wisdom yang sangat disayangkan, tergerus oleh perkembangan zaman.

Mengurangi sampah organik.
Mengapa sampah organik juga perlu dikurangi, bukankah dia bisa terurai dan menyatu kembali dengan alam? Jawabanya adalah karena 60% volume sampah yang masuk ke TPA itu sampah organik. Sampah organik juga merupakan sumber penyakit. Organisme berbahaya berkembang biak dengan cepat karena adanya sampah organik. Cara yang paling mudah dalam upaya mengurangi sampah organik adalah jangan makan menyisakan makanan. Baik saat makan di warung atau di rumah, habiskanlah seluruh makanan yang ada di piring. Jika memang porsi makan anda tidak banyak, bilang ke istri anda atau penjual makanan untuk mengurangi takarannya. Atau jika sudah terlanjur, minta sebagian porsinya untuk dibungkus atau dibagi dengan anggota keluarga lain. Jika tidak menyukai suatu jenis makanan tertentu, jengkol misalnya, bilang ke istri atau penjual makanan untuk tidak menambahkanya di piring anda, agar si jengkol itu tidak terbuang sia-sia.
Cara berikutnya, untuk sampah makanan yang tidak mungkin dihindari untuk diproduksi, misal kulit buah, kulit kentang, potongan-potongan sayur, daun kering, dan sebagainya, sediakan tempat kusus di halaman rumah, atau tanah kosong, atau di pot tanaman, untuk menguburnya. Selain mengurangi volume sampah, kita juga membantu hewan dan tanaman mendapatkan lebih banyak zat hara dari tanah. Jika anda merasa sulit mengubur sampah-sampah organik ini, sediakan satu blender khusus untuk mencacahnya. Maka anda cukup menaburkannya di tanah, tanpa perlu menggali dan menguburnya. Saat memblendernya, pastikan anda dalam kondisi penuh kesadaran, jika tidak, anda bisa mengira campuran jus buah dan sayur lalu meminumnya. Lha wong tinta pilkada aja bisa dikira kopi kok.

Mengurangi sampah elektronik.
Suka ganti-ganti gadget? Suka ngrusakin barang elektronik dan berprinsip “gak papa rusak, biar ntar bisa beli yang baru”? atau lebih memilih lem biru (lempar beli yang baru, duh, ini singkatan jadul banget, bikin pembaca bisa nebak usia saya) daripada mencoba memperbaiki alat elektronik yang rusak? Selamat, anda telah berkontribusi atas menumpuknya sampah elektronik yang membahayakan bumi. Sampah elektronik tidak kalah bahayanya dengan sampah plastik. Selain sulit diuraikan oleh alam, sampah elektronik juga mengandung logam berat seperti merkuri, timbal, kromium, cadmium yang berbahaya ketika mencemari lingkungan. Oleh karena itu, sampah elektronik dikategorikan kedalam limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Pengolahan limbah B3 tidak boleh sembarangan, tidak boleh asal ditimbun, dikubur atau dibakar. Sedangkan kita tau sendiri, sampah yang kita taruh di tempat sampah itu apakah dipisah-pisahkan oleh petugas kebersihan? Atau diambil dan ditumpuk begitu saja di TPA? Nah, mulai sekarang, rawatlah barang-barang elektronik anda dengan baik, jangan mentang-mentang kaya raya dan punya duit banyak, tiap ada launching gadget baru tak pernah ketinggalan untuk membelinya. Boleh saja anda beralasan itu uang hasil kerja keras anda yang bagaikan kuda, tetapi pikirkanlah masa depan anak cucu kita. Jika ada yang alat elektronik yang rusak, pastikan alat elektronik tersebut benar-benar tidak bisa diperbaiki lagi sebelum memutuskan mebeli yang baru. Tips terakhir, jika sudah sangat ingin mengganti gadget baru padahal gadget lama masih baik-baik saja, sebaiknya gadget lama itu dihibahkan ke teman yang tidak punya. Bukan dibuang atau dijual murah. Karena teman yang tidak punya akan baik-baik merawatnya, sedangkan bila dijual murah, bisa jadi hanya beberapa komponen penting yang dimanfaatkan, sisa nya tetap terbuang.

Demikian tips-tips agar volume sampah yang membebani dan mencemari Bumi kita bisa berkurang. Semoga tidak akan lagi kita dengar dan baca berita ditemukan penyu dan ikan laut yang mati dengan perut penuh berisi plastik. Lalu, apa hubunganya dengan banyak anak? Karena begini, ketika kita sadar bahwa mengurangi sampah itu penting, dan mulai menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari, maka anak-anak kita akan meneladani sikap kita. Semakin banyak anak kita, semakin banyak orang yang peduli akan sampah. Anak kita kelak akan menularkan kebiasaan mengurangi produksi sampah ini kepada teman-temannya, kekasihnya, mertuanya, keluarga besar istrinya, anak-anaknya, teman anak-anaknya, menantunya, keluarga besar menantunya, bahkan bisa jadi hingga cucu-cucunya. Dengan semakin banyak nya orang yang peduli akan sampah, maka akan semakin berkurang pula jumlah sampah yang mencemari Bumi.

Oct 15, 2018

Yang Lebih Ngeselin Dari Emak-Emak Sign Kiri Belok Kanan


~The power of emak-emak straight back again~
Sebel gak sih kalau lagi enak-enak nggeber motor atau mobil di jalan, di depan ada emak-emak mengendarai motor matic yang nyalain lampu sign kiri, tapi ketika kita hendak menyalipnya dari kanan, tiba-tiba dia mbelok nya ke kanan. Seringnya gak sampe tabrakan sih, tapi kaget nya itu kadang masih kebawa meski sudah sampe tempat tujuan. Berbagai postingan dan meme tentang emak-emak model ini sepertinya tidak cukup efektif mengurangi populasi nya di jalanan, bahkan semakin hari rasa-rasanya jumlah mereka semakin meningkat secara logarithmic. Sayangnya, fenomena ini gagal ditangkap oleh produsen sepeda motor matic. Seandainya saja para produsen motor matic bisa menambahkan fitur lampu sign khusus emak-emak, di mana jika pengendara mengarahkan tombol sign ke kanan, lampu sign kiri yang menyala dan sebaliknya atau, kelak di masa depan, bisa saja dikembangkan fitur pendeteksi pikiran di mana lampu sign akan menyala otomatis berdasarkan pikiran si pengendara. Ah, jika benar-benar terwujud, perasaan aman dan damai akan menyertai kita di sepanjang perjalanan meski populasi ibu-ibu mengendarai motor matic makin banyak.
Fenomena salah menyalakan lampu sign ini ternyata pernah diteliti oleh John McKinley dari Queen’s University. Hasil penelitiannya yang berjudul “Sorry, I meant the patient’s left side: Impact of distraction on left-right discrimination” yang diterbitkan oleh Medical Education pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa wanita yang berada di ruangan yang bising dan penuh gangguan lebih banyak yang salah membedakan kanan dan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan membedakan kanan dan kiri dipengaruhi oleh proses neuropsikologis yang mencakup kemampuan mengintegrasikan saraf sensorik dengan informasi visual. Bukan sekedar karena emak-emak itu ndableg. Saya pribadi percaya bahwa kesalahan menyalakan lampu sign ini memang lebih dikarenakan wanita susah membedakan kanan dan kiri jika tidak dalam kondisi full konsentrasi. Buktinya setiap saya menyerahkan hp ke istri untuk menjadi penunjuk arah dalam petualangan kami ke negeri antah berantah, istri saya hampir selalu gagal membawa kami ke tujuan dan berakhir pada “nih lihat sendiri aja petanya”. Terpaksa, untuk urusan ini saya mempercayakan kepada mbak-mbak pengisi suara di google maps atau waze.
Jika pada kasus menyalakan lampu sign ke kiri tapi belok ke kanan ini ada penjelasan ilmiahnya, dan saya pada akhirnya memakluminya, namun ada beberapa perilaku emak-emak naik motor matic yang sampai sekarang masih bikin sebel dan belum saya temukan penjelasan ilmiahnya. Coba kita simak.
Tidak Mamahami Kode Pengguna Jalan Lain
Entah apakah dulu pada masa muda nya, emak-emak ini tidak pernah mendapat kode dari cowok-cowok yang naksir, yang jelas setelah jadi emak-emak naik motor matic, kemampuan memahami kode yang diberikan orang lain kepada mereka adalah nihil. Saya pernah beberapa kali mengalami, saat hendak menyeberang dengan menggunakan sepeda motor, saya menunggu hingga kendaraan-kendaraan di depan saya berada pada jarak yang cukup jauh sehingga saya yakin mereka masih memiliki waktu untuk melakukan pengereman perlahan. Lampu jauh saya kedipkan berulang dengan maksud meminta para pengendara motor di depan saya melambat. Pengendara motor yang bukan emak-emak, langsung memperlambat laju motornya dan memberi saya ruang untuk menyeberang. Tetapi sialnya, ada satu motor yang tidak melambat, membuat saya ragu untuk menyeberang. Ketika melewati depan saya, saya bisa mengidentifikasi bahwa dia seorang emak-emak mengendarai motor matic. Sempat ada satu kejadian di mana si emak-emak memboncengkan anak nya, dan saya jelas sekali mendengar saat mereka melewati depan saya, si anak memarahi ibunya dengan mengatakan “kui mau lho ono seng meh nyebrang” (itu tadi ada yang mau nyebrang). Menunggu hingga ada kesempatan menyeberang lagi, memberi kode lagi, dan diabaikan lagi oleh emak-emak naik motor matic. Oke. Fine.
Belok Kanan Dari Sisi Kanan
Umumnya pengendara sepeda motor akan menggunakan sisi tengah ketika hendak berbelok ke kanan, baik dari jalan utama masuk ke jalan kecil atau sebaliknya, dari jalan kecil masuk ke jalan utama. Tetapi emak-emak naik motor matic memang beda. Saya sering menjumpai mereka menggunakan sisi paling kanan saat berbelok ke kanan. Memang seringnya tidak terjadi masalah karena jalanan yang relatif sepi. Namun beberapa waktu lalu hampir terjadi musibah yang membut jantung saya rasanya mau copot. Waktu itu malam hari sekitar pukul sembilan. Dalam kondisi lelah dan mengantuk sepulang kerja, saya hanya ingin secepatnya sampai di rumah sehingga motor saya pacu dengan kelajuan yang agak tinggi. Saat hendak berbelok ke kiri masuk ke dalam jalan perumahan, sel-sel saraf saya yang terlatih karena setiap bermain futsal saya selalu mengambil posisi sebagai kiper, secara reflek memerintahkan kedua tangan untuk menarik tuas rem. Beruntung kanvas rem motor rajin saya ganti sesuai buku pedoman. Motor saya berhenti sekitar satu centi di depan emak-emak naik motor matic yang hendak belok kanan tapi berada di sisi paling kanan. Apakah kemudian si emak-emak minta maaf? Tentu saja tidak. Meski tampangnya terlihat kaget, tapi tanpa sepatah kata pun, si emak melewati saya dan melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan saya yang masih mengatur nafas dan menunggu denyut jantung kembali normal. Ah, coba saya asli orang Surabaya. Mungkin makian jancuk sudah keluar dari mulut ini.
Berhenti Mendadak Di Sembarang Tempat.
Apa yang akan anda lakukan jika pada saat mengendarai motor, hp anda bergetar? Atau anda merasa salah jalan? Atau tiba-tiba anda ingin masuk ke toko yang terletak di seberang jalan? Kebanyakan orang akan memperlambat laju motornya, menyalakan lampu sign kiri dan dengan perlahan berhenti di sisi kiri jalan. Baru kemudian dia mengangkat hp nya, tanya penduduk sekitar, atau menunggu saat yang tepat untuk putar balik menuju toko yang ingin dikunjungi tadi. Lain jika yang mengendarai motor terutama type matic itu adalah seorang emak-emak. Tanpa peduli ada apa dan siapa di belakangnya, mereka akan langsung menepi, pada case terburuknya, mereka langsung berhenti. Ya, berhenti di tengah jalan. Mendapat teror klakson dari pengendara di belakangnya? Ah, siapa peduli. Buktinya saya pernah menemui hal ini beberapa kali. Salah satunya, berhenti di tengah jembatan karena anaknya merengek minta pindah dari sebelumnya berdiri di depan menjadi bonceng di belakang. Mengapa memilih berhenti di jembatan? karena anaknya merengek sesaat sebelum naik ke jembatan. Jangan bayangkan ini jembatan Suramadu ya. Ini jembatan kampung yang tidak bisa dilewati dua mobil pada saat bersamaan. Lebarnya tidak lebih dari tiga meter untuk dua jalur berlawanan arah. Pada kesempatan lain saya pernah menjumpai emak-emak yang awalnya melaju dengan kecepatan sedang tiba-tiba menepi ke kiri tanpa ancang-ancang, tanpa lampu sign, beruntung tepat di belakang dan sisi kirinya tidak ada siapa-siapa. Saya yang berada agak jauh di belakang memperhatikan dan saat melewatinya, saya melihat si emak-emak ini mengambil hp dari sakunya. Saya terus memperhatikan melalui spion, si emak-emak ini menjawab panggilan telepon. Dari kejadian ini saya langsung membuat pernyataan dalam hati, bahwa saya tidak akan menyalip emak-emak dari sisi kiri. Meskipun si emak-emak ini berada di tengah.
Melaju Lambat Di Sisi Tengah Jalan.
Mendahului emaik-emak yang melaju lambat di tengah jalan ini perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi. Kalau menyalip dari kiri, khawatir tiba-tiba si emak banting setir ke kiri karena hp nya bergetar. Menyalip dari sisi kanan perlu memastikan tidak ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Kesulitan ini akan lebih terasa jika anda mengendarai mobil. Kode dengan lampu jauh biasanya tidak banyak membantu. Klakson adalah pilihan terbaik, tetapi sebagai orang jawa yang dididik dengan unggah ungguh kepada orang tua, rasanya kok tidak sopan mengklakson emak-emak. Pilihan terakhir tentu saja bersabar, sambil menunggu jalur dari arah berlawanan sepi. Saya pernah mengalami kejadian ketika ada mobil yang sudah beberapa kali menyalakan lampu depan untuk meminta si emak-emak menyingkir, tapi si emak-emak tetap bertahan di tengah. Kemudian si mobil mengklakson beberapa kali, dan si emak kemudian agak menepi. Ketika sang mobil sudah berhasil menyalip si emak, saya yang berada di belakang mobil hendak ikut menyalip. Eh ternyata si emak ini kembali melaju di tengah.

Nah, bagi para pembaca mojok yang merasa sering melakukan hal-hal di atas, saya sarankan untuk segera bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Mungkin bagi anda hal ini terasa sepele, “alah cuma gitu doang, gak sampe bikin kecelakaan dan masuk rumah sakit kan?”. Tapi bagi saya, tertib dalam berlalu lintas itu cerminan akhlak yang dimiliki. Gak lucu kan klo kita sering koar-koar untuk membela hak orang lain tapi hak pengguna jalan lain tidak dipenuhi.

May 29, 2018

Dilema itu Bernama Anak Tetangga

Akhir-akhir ini saya menemui beberapa kasus yang membuat saya merasa prihatin, karena ada beberapa orang tua yang dari segi usia, fisik, mental dan keuangan sudah siap menikah, tapi belum siap dari segi keilmuan.

Lebih memprihatinkan lagi, saat menjalani pernikahan, tidak ada daya dan upaya untuk meng-upgrade keilmuan tentang rumah tangga, termasuk di dalamnya adalah ilmu parenting.

Memiliki anak yang sopan, beradab, sholeh, cerdas, berbakti, dan berbagai atribut positif lain adalah keinginan semua orang tua. Tetapi apakah semua orang tua kemudian belajar bagaimana cara mendidik anak agar bisa memiliki semua atribut positif tadi? sayangnya tidak.

Tetangga saya, punya anak balita, belum genap 2 tahun sudah dibelikan hape smartphone. Alasanya biar bisa ditinggal mengerjakan pekerjaan lain. Tetangga lain, membiarkan anaknya main di luar rumah pada jam-jam yang tidak normal. Tengah hari menjelang dan sesudah dzuhur, Tepat waktu maghrib, dan bahkan menjelang jam 9 malam ketok2 pintu rumah saya buat ngajak anak saya main. Ada lagi, tetangga yang kenakalan anaknya berlebihan, saat menerima laporan atas kelakuan anaknya hanya berkomentar, "marahin aja klo anak saya nakal".

Dan masih banyak kejadian lain yang membuat saya dan istri harus "mereset" ulang pemahaman anak saya tentang mana yang baik dan tidak baik, mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang sopan dan tidak sopan. Termasuk berusaha menghapus kosa kata kosa kata kasar dari otak anak saya.

Malam tadi ketika anak saya ajak sholat tarawih, dua anak tetangga nyamperin dan ngajak anak saya main. Mereka bertiga main tepat di sebelah saya sholat. Salah satu anak ngambil kipas dan mukul-mukulin ke anak saya. Anak lain ngambil botol dan meminum isinya tanpa ijin smpe hampir habis. Mereka juga mulai ribut dan teriak-teriak. Akhirnya saya putuskan pulang saja setelah selesai 8 rakaat.

Masalahnya, melarang anak saya main dengan anak-anak tetangga tentu bukan pilihan yang bijak. Beberapa anak tetangga lain ada yang baik dan anak saya belajar banyak hal dengan bermain bersama. Mengajak anak main dengan 1 - 2 anak tertentu tidak mungkin terjadi tanpa pengawasan. Selalu menemani anak saat bermain bersama anak-anak tetangga akan mengorbankan waktu istirahat karena banyak pekerjaan rumah yang terbengkalai. Membiarkan anak main sendiri akan mengubah tatanan akhlak dan adab yang susah payah diajarkan.

Ini semua memang tantangannya. Dahulu, orang tua saya memutuskan untuk "mengucilkan" anak-anaknya agar tidak terpengaruh hal-hal negatif dari lingkungan sekitar. Tapi sebagai akibatnya, saya merasa tidak memiliki life skills dan kekuatan fisik yang mumpuni. Pengetahuan saya terbatas pada apa yang orang tua dan sekolah ajarkan. Saat pertama kali merantau, baru saya sadari bahwa saya tertinggal akan banyak hal dengan rekan seusia saya.

Maka, saya tidak akan mengambil metode yang sama dengan orang tua saya. Saya akan tetap membiarkan anak saya bermain berasama anak-anak tetangga. Akan repot memang. Tapi insya Allah ini akan membuat anak saya lebih mudah dalam menjalani kehidupannya kelak saat dewasa.