Perjalanan ke Bekasi hari ahad yang lalu memberikan banyak pelajaran berharga, berikut rangkumannya :
1. Ngobrol dengan ayah dari murid les privat sebelum mulai mengajar, beliau bercerita bahwa pada masanya dulu, perjuangan beliau saat sekolah dan kuliah begitu berat, hampir bisa dibilnag tanpa fasilitas, bahkan biaya kuliah beliau dapat dari jerih payahnya sendiri. dengan semua aktivitas tersebut dan tanpa didukung berbagai fasilitas, beliau dapat menyelesaikan study dengan hasil yang sangat baik, hingga akhirnya sukses (rumahnya bagus, sudah S3, kerjaan sangat mapan). tapi beliau sangat menyayangkan, anak-anaknya yang mendapat fasilitas lengkap malah tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. beliau menyesal memang karena kurang begitu bisa mengawasi anak-anaknya.
Perlajaran di sini adalah, tekadang, fasilitas yang lengkap tidak selalu menjadi faktor dari keberhasilan, penentu keberhasilan sesungguhnya adalah pribadinya sendiri. maka, bagi yang merasa tidak dianugrahi rejeki yang melimpah, tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya raya, jangan kecewa. ada banyak kisah orang-orang sukses yang berjuang dari nol, dan yakinlah, bahwa kita akan memperpanjang daftar kisah orang-orang sukses tersebut dengan nama anda.
sedangkan bagi yang merasa dianugrahi fasilitas yang memadai, jangan menjadi manja, jangan menjadi sombong, karena jika kita manja dan sombong, kita telah keluar dari jalan lurus menuju kesuksesan.
2. Waktu masuk shalat ashar, sang ayah ke masjid dengan pakaian yang lengkap, sarung dan baju koko plus peci. sedangkan sang anak hanya menggunakan kaos dan sarung. yang saya sayangkan adalah, sang ayah tidak menasehati anaknya untuk menggunakan pakaian terbaiknya ketika melaksanakan ibadah shalat ke masjid.
Pelajaran di sini adalah, ternyata contoh yang baik saja masih belum cukup untuk mengajari anak-anak kita. harus ada perintah atau nasehat langsung, dan alangkah baiknya ketika nasehat itu ditanamkan kepada anak kita sejak kecil, sehingga ketika sudah remaja atau dewasa, tanpa perlu menasehatinya lagi, sang anak sudah bisa menjalankannya.
3. Di tempat les murid saya yang lain, di rumahnya terdapat ruangan yang dipergunakan sebagai mushola, tempat shalat. ukurannya cukup luas, bsa menampung belasan jamaah. letaknya di dalam rumah, ada fasilitas tempat wudhu, sajadah, mukena, Al Qur'an, buku-buku islam, dll. ketika masuk waktu shalat, beberapa penghuni rumah memang tepat waktu atau menjalankan ibadah shalat di awal waktu, tapi yang sangat disayangkan, anggota keluarga yang laki-laki pun melaksanakan shalat di mushola ini. padahal letak masjid terdekat hanya sekitar 15 menit berjalan kaki (saya sudah mengukurnya). apakah mereka tidak paham bahwa bagi laki-laki, shalat berjamaah di masjid itu lebih utama?
pelajaran di sini adalah, meskipun kita bisa membangun mushola sendiri di rumah, shalat di awal waktu, tetapi bagi kaum laki-laki, melaksanakan ibadah shalat di masjid itu lebih utama, bahkan mayoritas ulama (atau bahkan semua ulama? cmiiw) menghukuminya wajib. Mari kita makmurkan masjid. karena salah satu golongan manusia yang akan mendapat pertolongan Alloh di akherat kelak adalah orang yang hatinya terikat kepada masjid.
4. Dari keseluruhan pengalaman mengajar privat, baik di jogja maupun di bekasi ini, hanya sedikit orang tua yang terlihat akrab dan dekat dengan anak-anaknya. kebanyakan terlihat ada jarak, orang tua menempatkan diri sebagai orang tua, sering mereka menceritakan kejelekan-kejelekan anaknya kepada guru lesnya (yang malas belajar lah, yang hobinya maen lah, yang suka membangkang lah, dls). menurut saya ini sikap yang tidak bijak. anak akan semakin manjauh dari orang tua.
pelajaran di sini adalah, ketika kita nanti menjadi orang tua, jangan pernah menceritakan keburukan anak kita kepada "orang luar", jika mengundang guru les, cukuplah memberitahukan prestasi anak kita, kesulitan belajarnya di mana, dan meminta guru les membimbing dan mengajari ini itu, tanpa perlu menyebut sifat atau sikap yang buruk dari anak kita. saya sebagai seorang anak pun tidak akan suka jika orang tua saya menceritakan hal-hal buruk tentang diri saya. dengan demikian, kedekatan antara orang tua dan anak akan tetap terjaga, sehingga jika ada masalah atau apapun, si anak tidak akan sungkan dan ragu untuk menceritakannya kepada orang tua (karena yakin, orang tuanya tidak akan memberitahukanya kepada "orang luar")
5. kedua murid saya ini sekolah di sekolah swasta islam. tetapi sikap dan perilakunya belum menunjukkan bahwa mereka adalah seorang remaja muslim yang bener-bener sholeh. (meskipun saya sendiri juga merasa belum benar-benar sholeh)
pelajaran di sini adalah, pendidikan yang paling utama itu adalah pendidikan di rumah. mau disekolahkan di sekolah sebagus apapun, seislami apapun, jika di rumah tidak dididik dengan benar, hasilnya pun tidak akan sebaik yang kita inginkan.
Semoga catatn kecil ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama
1. Ngobrol dengan ayah dari murid les privat sebelum mulai mengajar, beliau bercerita bahwa pada masanya dulu, perjuangan beliau saat sekolah dan kuliah begitu berat, hampir bisa dibilnag tanpa fasilitas, bahkan biaya kuliah beliau dapat dari jerih payahnya sendiri. dengan semua aktivitas tersebut dan tanpa didukung berbagai fasilitas, beliau dapat menyelesaikan study dengan hasil yang sangat baik, hingga akhirnya sukses (rumahnya bagus, sudah S3, kerjaan sangat mapan). tapi beliau sangat menyayangkan, anak-anaknya yang mendapat fasilitas lengkap malah tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan. beliau menyesal memang karena kurang begitu bisa mengawasi anak-anaknya.
Perlajaran di sini adalah, tekadang, fasilitas yang lengkap tidak selalu menjadi faktor dari keberhasilan, penentu keberhasilan sesungguhnya adalah pribadinya sendiri. maka, bagi yang merasa tidak dianugrahi rejeki yang melimpah, tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya raya, jangan kecewa. ada banyak kisah orang-orang sukses yang berjuang dari nol, dan yakinlah, bahwa kita akan memperpanjang daftar kisah orang-orang sukses tersebut dengan nama anda.
sedangkan bagi yang merasa dianugrahi fasilitas yang memadai, jangan menjadi manja, jangan menjadi sombong, karena jika kita manja dan sombong, kita telah keluar dari jalan lurus menuju kesuksesan.
2. Waktu masuk shalat ashar, sang ayah ke masjid dengan pakaian yang lengkap, sarung dan baju koko plus peci. sedangkan sang anak hanya menggunakan kaos dan sarung. yang saya sayangkan adalah, sang ayah tidak menasehati anaknya untuk menggunakan pakaian terbaiknya ketika melaksanakan ibadah shalat ke masjid.
Pelajaran di sini adalah, ternyata contoh yang baik saja masih belum cukup untuk mengajari anak-anak kita. harus ada perintah atau nasehat langsung, dan alangkah baiknya ketika nasehat itu ditanamkan kepada anak kita sejak kecil, sehingga ketika sudah remaja atau dewasa, tanpa perlu menasehatinya lagi, sang anak sudah bisa menjalankannya.
3. Di tempat les murid saya yang lain, di rumahnya terdapat ruangan yang dipergunakan sebagai mushola, tempat shalat. ukurannya cukup luas, bsa menampung belasan jamaah. letaknya di dalam rumah, ada fasilitas tempat wudhu, sajadah, mukena, Al Qur'an, buku-buku islam, dll. ketika masuk waktu shalat, beberapa penghuni rumah memang tepat waktu atau menjalankan ibadah shalat di awal waktu, tapi yang sangat disayangkan, anggota keluarga yang laki-laki pun melaksanakan shalat di mushola ini. padahal letak masjid terdekat hanya sekitar 15 menit berjalan kaki (saya sudah mengukurnya). apakah mereka tidak paham bahwa bagi laki-laki, shalat berjamaah di masjid itu lebih utama?
pelajaran di sini adalah, meskipun kita bisa membangun mushola sendiri di rumah, shalat di awal waktu, tetapi bagi kaum laki-laki, melaksanakan ibadah shalat di masjid itu lebih utama, bahkan mayoritas ulama (atau bahkan semua ulama? cmiiw) menghukuminya wajib. Mari kita makmurkan masjid. karena salah satu golongan manusia yang akan mendapat pertolongan Alloh di akherat kelak adalah orang yang hatinya terikat kepada masjid.
4. Dari keseluruhan pengalaman mengajar privat, baik di jogja maupun di bekasi ini, hanya sedikit orang tua yang terlihat akrab dan dekat dengan anak-anaknya. kebanyakan terlihat ada jarak, orang tua menempatkan diri sebagai orang tua, sering mereka menceritakan kejelekan-kejelekan anaknya kepada guru lesnya (yang malas belajar lah, yang hobinya maen lah, yang suka membangkang lah, dls). menurut saya ini sikap yang tidak bijak. anak akan semakin manjauh dari orang tua.
pelajaran di sini adalah, ketika kita nanti menjadi orang tua, jangan pernah menceritakan keburukan anak kita kepada "orang luar", jika mengundang guru les, cukuplah memberitahukan prestasi anak kita, kesulitan belajarnya di mana, dan meminta guru les membimbing dan mengajari ini itu, tanpa perlu menyebut sifat atau sikap yang buruk dari anak kita. saya sebagai seorang anak pun tidak akan suka jika orang tua saya menceritakan hal-hal buruk tentang diri saya. dengan demikian, kedekatan antara orang tua dan anak akan tetap terjaga, sehingga jika ada masalah atau apapun, si anak tidak akan sungkan dan ragu untuk menceritakannya kepada orang tua (karena yakin, orang tuanya tidak akan memberitahukanya kepada "orang luar")
5. kedua murid saya ini sekolah di sekolah swasta islam. tetapi sikap dan perilakunya belum menunjukkan bahwa mereka adalah seorang remaja muslim yang bener-bener sholeh. (meskipun saya sendiri juga merasa belum benar-benar sholeh)
pelajaran di sini adalah, pendidikan yang paling utama itu adalah pendidikan di rumah. mau disekolahkan di sekolah sebagus apapun, seislami apapun, jika di rumah tidak dididik dengan benar, hasilnya pun tidak akan sebaik yang kita inginkan.
Semoga catatn kecil ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama
1 comment:
Ahaaaa. . . ngelesin tuh asik ya mas. . .
tambah pengalaman, bisa belajar dari hidup orang lain.banyak lah manfaat nya.
aku juga bikin postingan tentang keluarga murid les ku ^^
tapi aku belum pinter nulis sih, masih latihann menyusun kata-kata. heee. . .
Post a Comment