Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Apr 2, 2011

Dilema para Tenaga Pendidik



Menjadi pendidik di negeri ini emang penuh dengan dilema. pertentangan antara idealitas da realitas. film "Alangkah lucunya negeri ini" yang baru saja aku tonton merepresentasikan hal itu. film terbitan tahun 2010 itu menceritakan (meski bukan cerita utamanya) tentang lulusan S1 jurusan pendidikan (FKIP) yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena untuk menjadi guru di sekolah negeri (PNS), dia harus membayar sejumlah uang.

Di kehidupan nyata, ternyata tidak jauh berbeda dengan penggambaran di film. Meski dengan inti permasalahan yang berbeda. Sudah ada tiga guru yang membagi pengalamannya kepadaku ketika mengajar di sekolah negeri. Para guru yang berusaha mempertahankan idealismenya, bersikap jujur, harus dibenturkan dengan kebijakan sekolah/yayasan yang menaungi sekolah. oleh pihak sekolah, guru dilibatkan dalam tindakan kecurangan untuk membuat seluruh siswa di sekolah tersebut lulus 100% ketika UAN. guru yang tidak mau terlibat terancam kehilangan pekerjaannya.

Begitu pula guru yang berusaha mengajarkan sikap disiplin kepada murid. memberikan hukuman yang dirasa perlu ketika murid melakukan kesalahan atau tindakan yang tidak pantas. tetapi sang guru malah dilaporkan dengan dalih tindak kekerasan kepada murid. melanggar HAM dan UU perlindungan anak. guru menjadi serba salah. tidak lagi dihormati di sekolah.

ada pula dalam menghadapai orang tua yang egois. tidak mau tau apa dan bagaimana prosesnya. mereka mengingnkan anak-anak yang diajar oleh sang guru mendapat nilai sempurna. ketika nilai sang anak jeblok, guru lah yang disalahkan dimaki-maki, dibilang tidak becus mengajar. padahal, jikalau orang tua melihat bagaimana proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, sang anak lebih suka mainan HP atau BBMan (blackbarry messager), ketika disuruh mencatat apa yang guru jelaskan di papan, sang murid mengambil HP Blackbarry nya dan kemudian memfoto papan tulis, dalam kasus seperti ini, apakah pantas sang guru disalahkan ketika sang murid gagal dalam ujiannya?

yah.....menjadi guru memang penuh dengan dilema. belum bicara mengenai gaji atau honor para tenaga pendidik. masih banyak guru yang terpaksa nyambi kerja lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. padahal guru lah yang berjasa membuat para generasi penerus bangsa ini bisa membaca, menulis dan mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahui.

maka, tak sedikit kemudian guru yang menanggalkan idealismenya. mengajar hanya sekedar memenuhi kewajiban. mengajar hanya sekedar untuk mendapat gaji dan memenuhi kebutuhan hidupnya. maka guru-guru yang seperti ini tidak begitu mempedulikan perkembangan tiap anak didiknya. tidak peduli apakah metode pengajarannya tepat. tidak ada upaya pengembanagn diri dan penyesuaian materi dengan kemajuan teknologi.

akupun teringat kejadian beberapa tahun lalu, seorang kepala sekolah yang baik, yang mengelola sekolahnya dengan penuh keejujuran dan tanggung jawab, dipensiundinikan oleh pejabat yang berwenang karena tidak mau menyumbang dana untuk kampanye partainya. sebagai penggantinya, guru yang jelas-jelas aku ketahui track recordnya diangkat sebagai kepala sekolah menggatikan kepala sekolah sebelumnya. tentu beliau bukan guru teladan, karena untuk mendapat jabatan itu ia perlu menyumbang sekian juta untuk dana kampanye partai penguasa di daerah itu. dan sebagai upaya untuk balik modal, seperti yang bisa kita tebak, ia membuka kesempatan bagi calon murid yahttp://www.blogger.com/img/blank.gifng sebenarnya tidak memenuhi syarat masuk ke sekolah tersebut, untuk bisa menduduki kursi di sekolah yang ia pimpin, "hanya" dengan membayar sekitar 2 juta.

miris memang, tetapi inilah wajah dunia pendidikan kita. jika anda seoarang tenaga pendidik, entah guru sekolah negeri, swasta, guru bimbingan belajar ataupun dosen sekalipun, aku mengharapkan, agar anda sekalian tidak menyerah, jangan lepaskan idealisme anda. apapun risikonya. karena hanya kita, para guru yang berani mendobrak sistem ini lah yang bisa menyelamatkan pendidikan di negeri ini, agar tidak semakin terjun ke jurang yang semakin dalam.

mengajarlah dengan hati, dengan kejujuran, dengan perasaan dan dengan cinta

link terkait sebagai referensi:
Jangan takut menjadi tenaga pendidik

4 comments:

haniya said...

Suka dengan kalimat..
"mengajarlah dengan hati, dengan kejujuran, dengan perasaan dan dengan cinta"
^_^

Ya begitulah sistem pendidikan di negara kita. Tapi apakah ketika gaji sudah besar dan kesejahteraan guru terjamin maka akan ada jaminan bahwa guru akan mengajar muridnya dengan sungguh2, dengan hati dan cinta?
Selain sistem pendidikan, mental mendidik dari para guru di Indonesia juga perlu diperhatikan.

Hafiq said...

"Ya begitulah sistem pendidikan di negara kita. Tapi apakah ketika gaji sudah besar dan kesejahteraan guru terjamin maka akan ada jaminan bahwa guru akan mengajar muridnya dengan sungguh2, dengan hati dan cinta?"

aku tidak bilang demikian, tapi faktor gaji dan kesejahteraan merupakan salah satu penyebab kekurangprofesionalitas para pengajar. itu tidak bisa dipungkiri. namun, hal itu juga bukan merupakan satu-satunya hal yang harus dibenahi.

Anonymous said...

ilmu yang bermanfaat menjadikan saya kuliah dengan mengambil jurusan pendidikan, tapi setelah sekarang tingkat akhir melaksanakan PLP (Program Latihan profesi) merasakan apa yang tertulis di catatan ini hati saya sangat miris. setiap ujian saya harus memberikan nilai yang lebih dari kemampuan siswanya sendiri dengan alasan harus memenuhi KKM (kata guru pamong).

sekarang apakah masih ilmu yang bermanfaat atau dosa dari pembodohan dan pembohongan???

Hafiq said...

anda tidak sendirian kawan, maka dari itu, saya menyerukan kepada setiap guru untuk mempertahankan idealismenya ketika itu memungkinkan, jika memang tidak mungkin, maka berhijrahlah. carilah sekolahan yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bukan sekedar siswanya mendapat nilai baik. jika tidak menemukan sekolah yang seperti itu? maka "dirikanlah" sendiri sekolah yang seperti itu. Selamat berjuang kawan. setiap perbuatan selalau ada balasannya.