Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Jan 18, 2018

Menasehati Dengan Kekerasan


Pernah kah anda melihat seseorang yang sedang berupaya menasehati, baik di dunia nyata maupun di media sosial, menggunakan pilihan kata dan bahasa yang kasar dan tidak sopan?

Semisal, "Eh, elu kalo kebanyakan maksiat, trus Allah turunkan azab, yang mampus bukan elu aja monyong!" atau "kalian kalo masih suka mabok mending minggat saja dari kampung sini" atau "Dasar antek kafir, ini itu demi memperjuangkan agama mu juga, gak malu tuh di KTP nulis islam?"
dan sebagainya.

Mari difikirkan dengan jernih, apakah kata-kata di atas akan membuat lawan bicara tersadar, kemudian tergerak hatinya untuk meninggalkan maksiat dan membantu perjuangan agama? saya rasa tidak. Kata-kata tersebut malah akan menjadi kontraproduktif, bahkan dapat memicu terjadinya konflik yang lebih besar, perkelahian dan kebencian misal. Tentu bukan itu yang kita harapkan bukan?

Begitupula dalam menasehati anak. Ucapan kasar dengan nada tinggi kepada anak, meski dengan maksud yang baik, tidak akan efektif membuat anak mengikuti saran atau nasehat kita. Alih-alih patuh, anak malah akan semakin membangkang. Kebanyakan orang tua mungkin tidak menyadari bahwa ketidakpatuhan anaknya bukan karena mereka kurang keras mendidik, tapi karena mereka terlalu keras.

Menasehati anak dengan kata kata yang baik, lembut, penuh kasih sayang, akan membuat anak mengikuti nasehat kita atas kesadaran sendiri. Sehingga di kemudian hari, kita tidak perlu repot-repot menasehatinya secara berulang.

Tetapi, bagaimama jika anak tetap tidak mau patuh dengan nasehat yang lemah lembut? Bukankah hal itu akan membuat orang tua emosi dan kembali marah? Di situlah ujian kesabaran orang tua. Saya pribadi sering menjumpai anak saya enggan mengikuti saran saya dan istri. Tapi kami tidak pernah memarahi atau membentak-bentak nya. Kami selalu memutar otak hingga akhirnya menemukan cara untuk memahamkan anak kami.

Kitalah sebagai orang tua, yang mestinya paham motede apa yang paling efektif dalam menasehati anak. Karena bisa jadi, metode kami efektif diterapkan kepada anak kami, tapi tidak pada anak orang lain.

No comments: