Panduan menggunakan Blog ini :D

Pembaca yang budiman, silahkan isi kolom komentar dan memulai diskusi pada setiap postingan. Semakin ramai semakin semangat saya dalam mengelola blog ini. Selamat menjelajahi seluruh isi blog. ^_^.

Jan 11, 2018

Asumsi Dalam Komunikasi

Dalam kerjaan-kerjaan Engineering, menggunakan asumsi itu merupakan tuntutan pekerjaan. Ada banyak informasi yang diperlukan tetapi data yang akurat tidak semuanya tersedia. Bertanya atau menunggu agar memperoleh data yang akurat tidak begitu disarankan karena dapat menganggu project schedule, terkecuali kita yakin dapat tetap mempertahankan on time delivery saat menunggu jawaban atau data yang akurat.

Berbeda dalam kehidupan berumah tangga, menggunakan asumsi sangat tidak disarankan karena dapat menganggu keutuhan rumah tangga. Tidak percaya? Berikut contoh kasusnya:

1. Suami berangkat kerja, lihat istrinya masak. Istri masak dipamitin suami yang bilang, "Ma, aku ntar lembur lagi ya"'.
Jam 11 malam suami sampai rumah, tak ada makanan, nasi sebutir pun tak ada, stok beras pas habis. Bangunin istri, "Ma, tadi mama masak kan?". Istri yg masih mengerjapkan mata sontak terkejut, "Papa belum makan? yaah...kirain makan di kantor apa di jalan, tadi sisa makananya mama kasih ke satpam karna masakan mama gak bisa buat besok pagi".
Akhirnya, sang suami keluar rumah lagi nyari warung yang masih buka.

2. ‎Istri lagi hamil, saat suami hendak pulang kerja, istri berpesan lewat aplikasi chating, "abi, ntar pulang mampir warung bisa? tolong beliin kacang ijo buat cemilan dan sate buat makan malam, abi klo mau makan malam yang lain ya gak papa, umi gak masak tadi".
Sesampainya di rumah, sang suami membawakan bubur kacang hijau dan sate ayam tanpa nasi atau lontong.
"Lho kok bubur kacang hijau? maksud umi kacang hijau yang buat cemilan, yang langsung dimakan, temennya kacang atom atau kacang oven, trus ini kok gak pake lontong? di rumah kan gak ada nasi. Umi gak masak".
Dengan entengnya sang suami menimpali, "coba baca lagi chat umi tadi minta dibeliin apa?"

3. "Yah,,klo tak lihat lemari baju kita kok penuh banget ya? banyak baju baju lama dan gak pernah dipakai, gimana kalau kita sumbangkan saja, biar legaan".
"Iya...bunda atur aja, tapi ayah gak bantuin gak papa ya, kerjaan ayah banyak"
Beberapa hari kemudian
"Bunda, lihat baju jersey bola warna biru? kok gak ada ya?"
"Kan kemarin habis disumbangin baju baju yang gak pernah dipakai"
"Haaa.....?? jersey asli bolaku ikut disumbangkan? kamu tau itu belinya di mana? harganya berapa?"
"Nanti bunda beliin lagi di pasar deh, pake uang bunda"
"......%*¢£¥&#€..."

Ketiga contoh kasus di atas sebenarnya tidak perlu terjadi ketika sang suami atau istri membuang asumsi dan membuka komunikasi. Apa susahnya mengirim pesan, menelepon, dan bertanya,
"Ma, meski pulang malam Papa ntar makan di rumah ya",
"Pa, makanan di rumah habis",
"Mi, ini pesanan umi kan? (sambil kirim foto)",
"Bi, jangan lupa nitip kacang hijau, beli di ****mart, harganya sekian, sama sate dan lontongnya, beli di warung dekat rumah saja, harganya sekian",
"Yah, ini ya baju yang disumbangin",
"Bunda, kaos jersey yang biru itu jarang ayah pake tapi jangan disumbangin ya".

Nah, jadi menghindari asumsi dalam berkomunikasi itu tidak terlalu susah bukan?



No comments: